Jakarta– PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI) terus membukukan kinerja yang solid dan sustain, dengan pertumbuhan laba 21,6% secara tahunan (year on year/yoy) pada kuartal III 2024.
Capaian ini menjadikan BSI masuk dalam bank dengan pertumbuhan laba lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan industri perbankan nasional.
Hingga triwulan III 2024, BSI berhasil mengantongi laba bersih sebesar Rp5,11 triliun. Perolehan ini naik dibandingkan posisi periode yang sama tahun sebelumnya Rp4,20 triliun. Kenaikan laba tersebut meningkatkan nilai aset BSI hingga mencapai Rp371 triliun, atau tumbuh 15,91% yoy.
Direktur Utama BSI Hery Gunardi mengatkan, pihaknya tetap fokus pada pembiayaan yang sehat dan sustain di segmen konsumer dan ritel dengan komposisi 72,17%. Lanjut, fokus pada pertumbuhan dana murah (CASA) dengan komposisi 61,69% dari total DPK. Selain itu, BSI mengoptimalkan customer base yang saat ini mencapai 21 juta nasabah.
‘’Kami tetap tumbuh dobel digit sampai triwulan III di tengah ekonomi makro yang cukup menantang dengan tingginya reference rate. Namun, BI mulai menurukan suku bunga acuannya,” ujar Hery dalam keterangannya, (29/10).
Hery Gunardi berujar BSI akan terus menumbuhkan segmen bisnis potensial dengan tetap menjaga kualitas pembiayaan.
Di tengah ketatnya kompetisi likuiditas bank, Dana Pihak Ketiga (DPK) BSI membengkak 14,92% menjadi Rp301,22 triliun pada kuartal III 2024. Komposisi DPK didominasi produk tabungan, di maana tumbuh 13,40% yoy menjadi Rp130,18 triliun. Adapun rasio dana murah (CASA) berada pada posisi 61,69%.
“Kenaikan tabungan sejalan dengan peningkatan customer base yang sejak merger rata-rata bertambah 2,5 juta nasabah pertahun. Untuk meningkatkan layanan, BSI terus memperbaiki layanan termasuk mempersiapkan SuperApps yang segera di-launching, selain menambah jumlah ATM, EDC, layanan QRIS, serta akses BSI Agen,” terang Hery.
Di sisi lain, DPK dari Tabungan Bisnis BSI per September 2024 tumbuh sebesar 34,83% (yoy). Tabungan Bisnis BSI merupakan produk perbankan yang dirancang khusus mendukung kebutuhan finansial bisnis, baik usaha mikro, kecil, maupun menengah.
Tabungan Wadiah juga tumbuh 19,04%, diikuti kenaikan pada Tabungan Haji yang melonjak 16,47% dengan penetrasi sebanyak 5,39 juta rekening. Jumlah ini terus meningkat seiring dengan posisi BSI sebagai market leader Tabungan haji di Indonesia.
“Dengan struktur pendanaan yang baik, BSI dapat menawarkan pembiayaan kepada nasabah dengan kualitas terjaga,” imbuhnya.
Kinerja Pembiayaan
Pada kuartal III 2024, total pembiayaan BSI mencapai Rp267,06 triliun tumbuh 15,28%, di atas rata-rata industri yakni 11,30% per Agustus 2024.
Semua segmen tumbuh positif double digit di mana segmen wholesale tumbuh 12,17%, retail 17,30% dan konsumer tumbuh 16,27%. Pertumbuhan pembiayaan yang positif diiringi dengan kualitas yang sehat dengan NPF Gross sebesar 1,97%.
Dari beberapa produk pembiayaan BSI terdapat Produk Cicil Emas yang pertumbuhannya meningkat 143,41% dengan rasio pembiayaan bermasalah/NPF sebesar 0,00%.
Produk ini merupakan unique product BSI yang memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar lagi seiring dengan meningkatnya tren investasi emas. Pembiayaan cicil emas BSI naik 5-6 kali lipat sejak merger yang dipicu peningkatan harga emas secara signifikan.
“Disiplin pada fokus bisnis meningkatkan Pendapatan Margin Bagi Hasil bank sebesar Rp18,41 triliun tumbuh 11,98% (yoy). Sementara di sisi lain Fee Based Income juga tumbuh 30,14% (YoY) menjadi Rp3,94 Triliun, menjadikan PPOP BSI sebesar Rp8,52 triliun tumbuh 7,61% (YoY). Di sisi lain kualitas pembiaayan terjaga ditandai dengan menurunnya NPF gross ke level 1,97% dan cost of credit ke level 0,97%,” pungkas Hery. (*) RAL