Simalungun— Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berjanji secara intensif akan memberantas pelaku kejahatan keuangan dan aktivitas judi online.
Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK menjelaskan, pihaknya akan menyusun dua langkah untuk mengejar pelaku kejahatan keuangan. Pertama, penangan setelah ada kejadian yang selama ini lakukan OJK.
Kedua, melakukan tindakan preventif yang mana membangun sistem kolaboratif dengan perbankan.
Nantinya, setiap bank bisa mengidentifikasi rekening-rekening yang dipakai dalam pergerakan kejahatan keuangan, khususnya scamming.
Pihak bank akan melacak mule accounts yang sering dipakai untuk tindak pidana. Mule accounts adalah rekening bank yang memfasilitasi transaksi ilegal dengan menerima dan mentransfer dana dari kegiatan yang melanggar hukum.
“Ini yang ke depan akan kita lakukan. Jadi nggak nunggu ada masalah dulu. Tapi kalau dia [pelaku] sudah melakukan itu harusnya bank sudah bisa mendeteksi. Nah ini yang nanti lebih proaktif lagi kita bisa batasi geraknya. Kalau itu ada bukti, kita tutup dan kejar pelakukan bersama kepolisian,” jelasnya,di Parapat, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Sabtu (11/8/2024).
Friderica menginginkan adanya sanksi untuk memberikan efek jera kepada pelaku kejahatan keuangan, bukan sekadar sanksi pidana.
Sanksi yang dimaksud ialah dengan tidak memberikan akses pembukaan rekening kepada pelaku tidak diperbolehkan memakai transportasi publik dan fasilitas umum.
Hal semacam ini, lanjutnya, sudah diberlakukan oleh beberapa negara lain kepada pelaku scamming dan fraud.
“Di negara lain sampai segitu dibatasinya. Nah, kita ke depan ingin begitu. Jadi orang-orang ini nggak enak aja melenggang, bikin rekening lain. Ngga akan seperti itu,” tegasnya.
Saat disinggung soal judi online, Kiki mengatakan bahwa saat ini OJK telah menutup 6.000 rekening yang terafiliasi dengan aktivitas haram tersebut.
Rekening yang ditutup bukan hanya satu rekening yang digunakan saat terdeteksi aktivitas judi online, melainkan semua rekening pelaku dan pengguna.
“Rekening lain milik si A ini juga akan kita tutup karena jangan sampai dia mikir ‘kalau ditutup sih nggak apa-apa nanti gampang bikin rekening yang lain’. Kita kan ada CIF (customer information file), jadi rekening customer judi online itu kita tutup semua. Ini untuk membatasi ruang geraknya,” pungkas Kiki. (*) Ranu Arasyki Lubis