Lirik Singapura, Ini Daftar Program yang Digenjot Gubernur Nova

Medan — Gubernur Aceh, Ir. H. Nova Iriansyah, M.T. menjadikan Singapura sebagai acuan untuk meningkatkan pembangunan di wilayahnya. Berbagai program digenjot untuk mencapai target tersebut.

Nova mengatakan, kejayaan Aceh masa lalu harus dijaga sebagai cermin dalam pembangunan Aceh. Namun, yang paling penting bagaimana meraih kejayaan Aceh ke depan.

“Kita harus berpikir terutama dalam menciptakan pertumbuhan ekonomi Aceh ke depan agar lebih meningkat,” kata Nova ketika berbicara dalam Forum Group Diskusi (FGD) Aceh Sepakat Sumateta Utara (Sumut) di Grand Kanaya Hotel, Medan, Senin (24/4) malam.

FGD bertopik “Pembangunan Aceh, Kendala dan Tantangan” itu dihadiri tokoh-tokoh masyarakat Aceh di Sumut, antara lain Ketum DPP Aceh Sepakat Sumut H. Mukhtar, S.H., M.M., Sekum DPP yang juga Ketua PERADI Medan, Dr. Azwir Agus, S.H., M.Hum., dan Ketua Bidang Pendidikan Mahyani Muhamad, S.H., M.Hum.

Hadir pula Ketua Umum serta Sekretaris Umum Dewan Musapat Aceh Sepakat Sumut, Ir. H. Sabri Basyah dan Suriadin Noernikmat, S.T., M.M., Ketua Umum Bidang Ekonomi, H. Arbie Abdul Gani, dan anggota Pleno Dewan Musapat, H. Djamaludin HA.

Sejumlah pengusaha senior juga turut meramaikan acara, seperti Reza Mutyara, Ramzie Tharfie, Armen R Yusuf, Abdullah Basyah, M Sabri, Iskandar, Muhammad Sulaiman, Zubir Sahim, Irfan Mutyara, serta tokoh pendidikan Prof. Bustami Syam.

Nova mengakui, orang Aceh sangat moderat. Sekarang di Aceh ada sekitar 13 perguruan tinggi, yang dharapkan mampu melahirkan sumber daya manusia (SDM) andal di era digital.

“Pemerintah, pengusaha, dan perguruan tinggi perlu berkolaborasi membangun ekonomi Aceh sekarang dan ke depan. Pemprov Aceh telah meluncuran Program BEREH untuk membangun etos kerja,” papar Nova dalam FGD yang dipandu oleh Mahyani Muhammad, S.H, M.Hum., itu.

BEREH adalah akromim dari Bersih, Rapi, Estetis, dan Hijau. Program ini diinisiasi Nova sejak tahun 2019.

Menyinggung tentang kesalehan sosial, Nova juga menyebutkan pihaknya sudah menggalakkan donor darah pada pegawai Pemda Aceh. Setiap hari terkumpul 30 kantong darah yang disalurkan ke PMI, sehingga kebutuhan darah bagi pasien di rumah sakit memadai.

“Terkait investasi di Aceh sekarang sudah mulai meningkat. Namun, kita harus menurunkan defisit perdagangan Aceh dengan Medan yang melebar. Bagi pemerintah Aceh suntikan investasi sangat penting,” kata Nova yang didampingi Ir. Iskandar, M.Sc., Stafsus Gubernur dan Dirut PT PEMA (BUMD Aceh).

Dalam kesempatan itu, anggota Pleno Dewan Musapat, H. Djamaludin HA., mengatakan, pemerintah Aceh harus memberi spirit membangun kepada masyarakat Aceh. Selain itu insustri-indutri harus dihidupkan kembali di Aceh.

Hal senada diungkapkan pengusaha Reza Mutyara. Dia melihat Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Arun belum aktif. Hal ini perlu mendapat perhatian pemerintah Aceh ke depan.

Sementara, pengusaha Irfan Mutyara mengatakan, operasional perbankan di Aceh perlu ditingkatkan lagi untuk mendorong roda ekonomi masyarakat.

Irfan juga melihat masih terdapat kesenjangan antata miskin dan kaya. Karena itu perlu dibangun dulu ekonomi masyarakat, seperti sektor pertanian, UMKM, dan perikanan yang cukup potensial di Aceh.

Senada Irfan, pengusaha Sabri Basyah menilai potensi UKM termasuk kuliner Aceh prospeknya cukup cerah. Untuk itu, perlu memperluas jaringan marketing, baik lokal maupun luar daerah.

Menanggapi berbagai pendapat dan saran tersebut, Gubernur Nova menggambarkan, paling cocok sebagai pembanding Aceh adalah Singapura agar cepat maju di bidang ekonomi. “Kita melihat perkembangan ekonomi Singapura bagus,” tegasnya.

Untuk itu, dia berharap para pengusaha Aceh, khususnya yang berasa di luar daerah, jangan pernah meninggalkan Aceh. Mereka harus turut mendukung pembangunan ekonomi Aceh. (*)

 

Kontributor: Bachtiar Adamy

Editor: Darto Wiryosukarto

You might also like
1 Comment
  1. Zakaria Arahman says

    Makmoe Nanggroe

    Ketika ekonomi tidak bergerak atau bergerak stagnan, Maka pemerintah wajib jadi Penggerak Ekonomi.

    Ekonomi yang di gerakan dipastikan berjalan baik dari Hulu sampai Hilir. Jadikan Pemerintah sebagai Induk & Lindung.

    Membangun ekonomi berbasis kerakyatan dan tersambung dari Hulu sampai ke Hilir. Dimana ekonomi skala kecil diserahkan kepada pelaku UKM, pastikan mereka terpenuhi kebutuhan sumber materialnya dan Pemerintah menyiapkan industri Hulu yang dibutuhkan masyarakat UKM. Pemerintah juga menyediakan Industri Hilir yang menjamin seluruh hasil produksi (barang jadi) masyarakat UKM tertampung sepenuhnya dgn kata lain finishing product UKM akan menjadi bahan baku usaha hilir milik BUMD (off takers semua produk masyarakat UKM terbentuk yg mempunyai nilai tambah UKM dimata kreditur).

    Sebagai ilustratrasi komoditi dunia yg ada di Aceh adalah “Industri Sawit”;
    1. Induatri Hulu dikuasai BUMD (bisa milik juga bisa joint dengan pengusaha Aceh Mapan) dimana kebutuhan dipastikan tersedia ; bibit, pupuk dll.
    2. UKM selaku plasma ; lahan pertanian under korporasi yang saham plasma dimiliki oleh UKM dengan besaran maksimal eqv.5 ha sama rata, sekaligus bila memenuhi syarat selaku pekerja dindustri kebun atau bisa juga share holder diam (penerima pasive income dr deviden saja). Konsep ini memungkinkan sekaligus menjawab atas tantangan how to MAKMOER NANGGROE”, yi;
    1. Makmoer Nanggroe melalui Entaskan Kemiskinan.
    2. Entaskan Kemiskinan melalui Entaskan Pengangguran.
    3. Entaskan Pengangguran melalui BUMD yang menciptakan Lapangan Kerja yang knowhow nya dikuasai oleh BUMD/Pemerintah itu sendiri.
    3. Industri Hilir; dikuasai BUMD yg menyediakan layanan: PKS, dilanjutkan Refinery. Sehingga dari A sd Z Industri Minyak Goreng dikuasai Aceh sehingga Industri Sawit memberi Nilai Tambah untuk Aceh (tidak seperti sekarang economic values tsb dikuasai Propinsi lain dan Aceh hanya sekedar penyuplai raw material dasar yi TBS semata itupun mayor dikuasai Korporasi bukan UKM).

    Ketiga Level diatas sangat membutuhkan jasa perbankan, dan patut disyukuri Aceh memiliki BUMD Perbankan sendiri yang sudah mapan dan siap mensupport program ini. Hanya kualitas SDM perbankan yang perlu ditingkatkan skillnya dr Consumtive Oriented menjadi Berorientasi Aktiva Produktif.

    Zakaria Arahman
    (Mantan Banker & Pemerhati Makmoe Nanggroe)

Komentar Pembaca

Your email address will not be published.