Potensi Produk Rempah Indonesia di Pasar Internasional Setelah Penetapan HRN
Medan — Indonesia memiliki kekayaan hayati luar biasa yang telah menjadi komoditi andalan bangsa sejak berabad-abad lamanya. Penetapan Hari Rempah Nasional (HRN) menjadi momentum untuk menggenjot ekspor rempah.
Saat ini, sekitar 40 jenis hayati telah diolah menjadi minyak atsiri, seperti minyak sereh wangi (citronella oil), minyak biji pala (nutmeg oil), minyak kayu manis (cinnamon bark oil), minyak cengkeh (clove oil), minyak jahe (ginger oil), dan minyak kayu putih (eucalyptus oil).
“Bahkan sebuah daerah di Provinsi Sumatera Utara, yakni Kabupaten Pakpak Bharat, menjadi pusat herbal Indonesia berbasis katekin atau zat antioksidan alami,” ujar Ketua Komite Rempah Nusantara, Khairul Mahalli, saat berbincang dengan The Asian Post, di Medan, Senin, 22 November 2021.
Katekin, sebut Mahalli, adalah segolongan metabolik sekunder yang secara alami dan termasuk dalam golongan flavonoid. Senyawa ini memiliki aktivitas antioksidan berkat gugus fenol yang dimililkinya. Strukturnya memiliki dua gugus fenol dan satu gugus dihidropiran.
Kekayaan rempah Indonesia ini berpotensi untuk digenjot produksinya setelah pemerintah melalui Surat Keputusan Kementerian Pertanian telah menetapkan Hari Rempah Nasional (HRN) pada 11 Desember 2021.
“HRN akan diperingati bersamaan acara Indonesia Spices Business Forum & Exibition (ISBFE) 2021. Kegiatan ini digelar atas kerjasama Dewan Rempah Indonesia (DRI), Kementerian Pertanian, Kadin Sumut, dan Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) di kawasan Danau Toba, Sumatera Utara, pada 11 – 13 Desember 2021,” ungkap Mahalli yang juga Ketua Umum Kadin Sumut dan Ketua Umum DPP GPEI.
Berbicara tentang potensi produk rempah di pasar internasional, menurut Mahalli, akan semakin meningkat dengan catatan jika harga ekspor komoditas ini dapat ditekan terutama biaya logistik dan biaya pengolahan pascapanen.
Seain itu, kualitas juga dapat dipertahankan, termasuk dukungan sistem pengendalian mutu, mulai dari panen, pengeringan, pembersihan, sortir, pergudangan, dan pengiriman.
Tak hanya itu, kata Mahalli, keistimewaan cita rasa rempah Indonesia pada berbagai jenis makanan dan minuman melalui rangkaian kegiatan promosi perlu terus digalakkan
“Apalagi kalau sering kita memperkenalkan masakan Indonesia yang menggunakan rempah dengan modifikasi cita rasa lokal, akan sangat mendukung. Ketersediaan lahan di Nusantara juga cukup potensial, baik untuk produk organik (hutan rakyat) maupun konvensional (perkebunan negara dan swasta,” pungkas.Mahalli. (*)
Kontributor : Bachtiar Adamy (Medan)
Editor : Darto Wiryosukarto