THE ASIAN POST, JAKARTA ― Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto mengatakan, selangkah lagi Indonesia berada pada urutan pertama dan menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia.
Hal ini mengacu pada laporan The State Global Islamic Economy, bahwa Indonesia merupakan runner up negara yang mengembangkan fesyen muslim terbaik di dunia setelah Uni Emirat Arab.
Artinya, selangkah lagi Indonesia dapat berada pada urutan pertama dan menjadi salah satu pusat fesyen muslim dunia.
“Menyongsong tahun 2020 yang hanya tinggal beberapa bulan lagi, kita harus segera mendeklarasikan bahwa Indonesia siap menjadi pusat fesyen muslim dunia pada tahun 2020. Kemenperin siap mengawal untuk mewujudkannya,” kata Airlangga pada Pembukaan Pameran Muslim Fashion Festival (Muffest) 2019 di Jakarta, Rabu (1/5).
Menurut laporan The State Global Islamic Economy, konsumsi fesyen muslim dunia saat ini mencapai 270 miliar dollar, yang diproyeksi terus meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 5% sehingga pada tahun 2023 bakal menyentuh hingga 361 miliar dollar AS. Sedangkan, konsumsi fesyen muslim di Indonesia berada di angka 20 miliar dollar AS dengan laju pertumbuhan 18,2% per tahunnya.
“Peluang pasar fesyen muslim di global maupun domestik masih sangat besar. Untuk itu, harus diisi oleh industri fesyen muslim dari dalam negeri,” kata Menperin.
Menurut Airlangga, perkembangan jumlah umat muslim dunia menjadi salah satu pemicu utama yang mendorong pertumbuhan industri fesyen muslim. Pada tahun 2018, jumlah populasi umat Islam mencapai 24% dari total penduduk muslim dunia.
Industri fesyen muslim yang merupakan bagian dari sektor industri tekstil dan produk tesktil (TPT), menurut Menperin, memiliki kontribusi cukup besar terhadap perekonomian nasional. Ekspor produk TPT nasional mencapai 13,27 miliar dolar AS pada tahun 2018 atau tumbuh 5,4% dibanding tahun sebelumnya sebesar 12,59 miliar dollar AS.
“Pasar fesyen muslim terbesar adalah ke negara-negara OKI (Organisasi Kerjasama Islam), yakni mencapai 191 miliar dollar AS. Hal ini menunjukkan bahwa kita mempunyai potensi untuk meningkatkan ekspor ke negara-negara OKI,” ujar Menperin.
Di sisi lain, lanjut Menperin, kinerja industri TPT semakin tumbuh signifikan, dari 3,76% pada tahun 2017 menjadi 8,73% di tahun 2018.