THE ASIAN POST, JAKARTA ― Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Muhammad Iqbal menegaskan, peristiwa bentrokan antara aparat dengan massa yang terjadi Rabu (22/5) bukanlah massa spontan.
“Tapi ini peristiwa by desain atau settingan,” katanya kepada wartawan, Rabu (22/5).
Untuk itu, saat ini, menurut dia, pihak kepolisian masih melakukan penyelidikan mendalam untuk kasus ini. Sudah ada 58 orang yang diamankan polisi.
Menurut Iqbal, massa yang melakukan demo pada Selasa (21/2) pagi, berbeda dengan massa yang terlibat kontak fisik dengan aparat keamanan, Rabu (22/2) menjelang subuh hingga pagi.
“Berawal dari unjuk rasa damai di muka umum. Beberapa kelompok melakukan demo untuk unjuk rasa damai di depan bawaslu dari pukul 10:00 sudah mulai melakukan berbagai aksi. Berjalan kondusif,” terang dia.
Bahkan, katanya, koordinator meminta izin untuk berbuka puasa bersama serta ibadah lainnya seperti salat magrib, isya dan tarawih.
“Kita berikan toleransi, walapun dalam aturan batasnya 18:00. Petugas kami juga sama-sama melakukan ibadah,” imbuhnya.
Setelah tarawih, lanjut dia, polisi meminta massa membubarkan diri dan direspon korlap dengan membubarkan diri, sehingga situasi kondusif dan damai.
Namun, tiba-tiba datang sekelompok orang yang tidak diketahui datang dan berulah dengan berbuat anarkis serta memprovokasi petugas dengan melemparkan batu, bom molotov, dan petasan besar.
“Sesuai SOP, petugas menghalau,” tegasnya.
Massa kemudian pecah dan berlari ke arah Sabang dan Jalan Wahid Hasyim.
Tapi, sekitar pukul 03:00 datang massa lain dengan jumlah sekitar 200 orang. Kelompok ini berkumpul di sekitar KS Tubun.
“Kita menduga sudah dipersiapkan dan di-setting,” katanya.
Massa kemudian bergerak arah arah asrama Polri di Petamburan dan menyerang dengan batu, molotov. Kemudian, mereka merangsek masuk dan membakar 14 unit mobil, baik kendaraan dinas maupun kendaraan pribadi.
Bersama pemuka FPI, lanjut Iqbal, polisi memberikan imbauan kepada massa untuk membubarkan diri. Perlahan situasi mencari.
Karena itu, Iqbal mengatakan, adanya indikasi massa yang datang dan membuat kerusuhan adalah massa bayaran yang sudah disetting untuk menciptakan kerusuhan. Terbukti, saat itu polisi menemukan sebuah mobil ambulance dari salah satu partai, yang berisi batu-batu dan amplop-amplop.
“Uangnnya masih ada,” katanya. []