Terbesar se-Asia, Satelit SATRIA Luncur 2022

THE ASIAN POST, JAKARTA ― Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan, keberadaan Satelit Multifungsi (SMF) Satelit Republik Indonesia (SATRIA) SATRIA hadir untuk menuntaskan masalah konektivitas pada layanan publik pemerintahan.

Satelit ini merupakan yang pertama dan terbesar di Asia untuk kelas biasa, 100 giga.

Melalui satelit SATRIA, nantinya seluruh layanan pendidikan, fasilitas kesehatan, administrasi pertahanan dan keamanan, serta pemerintahan daerah di seluruh wilayah Indonesia terhubung dengan internet.

“Satelit SATRIA ini menjadi solusi bagi daerah-daerah yang tidak terjangkau oleh Proyek Palapa Ring. Satelit ini diperuntukan untuk pemerintah. sekolah, puskesmas, kantor desa, korsamil, polsek yang membutuhkan akses internet,” kata Rudiantara saat memberikan sambutan dalam Penandatangan Perjanjian Kerjasama, Perjanjian Penjaminan, dan Perjanjian Regres Proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha Satelit Multifungsi di Museum Nasional Jakarta, Jumat (3/5/).

Rudiantara menegaskan, SATRIA hadir sebagai upaya pemerintah untul terus meningkatkan kualitas pelayanan publik melalui pemerataan konektivitas di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah 3T (tertinggal, terdepan dan terluar) dan Perbatasan.

Proyek SATRIA ini memiliki kapasitas 150 Gbps yang menggunakan teknologi High Throughput Satellite (HTS) dengan frekuensi Ka-Band. Cakupan layanan SATRIA akan mencapai hampir 150 ribu titik layanan publik di seluruh wilayah Indonesia.

“Dari 150 ribu titik ini kita membutuhkan 150 ribu antena, namun dengan catatan tidak boleh di bangun di Pulau Jawa tapi kita harus distribusikan ke daerah,” kata Rudiantara.

Menurutnya, mungkin ada lima lokasi dengan 30 ribu antena masing-masingnya. Dengan skala ekonomi cukup ini akan menunjang pengembangan ekonomi daerah, berikan otonomi kepada daerah jangan hanya berpusat di Jawa.

Lebih lanjut Rudiantara mengatakan,  Satelit SATRIA ini berbeda dengan satelit lainnya karena didesain khusus untuk internet.

“Satelit ini didesain khusus untuk internet tidak untuk yang lain seperti satelit yang dioperasikan oleh BRI, Telkom, Indosat, dan PSN. Kalau satelit lain digunakan untuk komunikasi, TV dan broadcasting, satelit SATRIA hanya untuk internet. Karena kita memasuki era digital dimana kebutuhan internet makin lama makin besar,” lanjutnya.

Konstruksi SATRIA akan dimulai pada akhir tahun 2019 dan ditargetkan selesai dan bisa diluncurkan pada kuartal kedua tahun 2022. Pada tahun 2023 diharapkan SATRIA dapat beroperasional untuk mendukung konektivitas layanan publik.

Proyek SATRIA menggunakan skema pembayaran ketersediaan layanan (Availability Payment/AP) selama 15 tahun masa konsesi dengan nilai total Rp20,68 Triliun (Rp399,31 miliar dan USD70,5 juta per tahun) yang meliputi nilai CAPEX, OPEX, dan perhitungan pengembalian investasi yang wajar.

Pembayaran AP akan menggunakan anggaran di dalam lingkungan Kominfo.

“SATRIA sendiri menjadi satelit pertama di Asia yang terbesar, sedangkan di dunia menjadi nomor 5 (lima) dari sisi kapasitas. Angka 21 triliun ini adalah angka untuk membangun, meluncurkan, mengoperasikan dan memilihara dalam waktu 15 tahun,” ujar Menteri Rudiantara.

Proyek Satelit SATRIA ini didukung penuh dan dimonitor oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan serta Kementerian Komunikasi dan Informatika yang berperan sebagai Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJPK).

Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan Hadiyanto menjelaskan  Proyek SMF SATRIA menjadi proyek keempat yang menggunakan skema Kerjasama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).

“Saya mengapresiasi Kementerian Kominfo karena satelit multifungsi ini menjadi proyek keempat yang mengimplementasikan skema KPBU. Ke depan kita berharap proyek ini bisa memberikan manfaat kepada seluruh rakyat Indonesia,” ujarnya.

Dampak proyek SATRIA terhadap perekonomian juga akan dapat dirasakan melalui peningkatan online link dan jaringan komunikasi secara signifikan untuk UKM Transactional Center, proses e-Office, menurunkan biaya operasional, serta mempercepat dan memperbaiki layanan.

Selain itu, satelit juga akan dimanfaatkan untuk mendukung program pemerintah dalam memberikan jasa keuangan, informasi pasar, bisnis dan kegiatan lainnya yang akan secara nyata mendorong perekonomian regional dan nasional.

Proses pengadaan Badan Usaha Pelaksana (BUP) proyek SMF SATRIA dikelola oleh Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kominfo.

Sebagai penjamin PT PII dan didukung pula oleh konsorsium yang terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera telah ditetapkan sebagai pemenang, serta telah membentuk PT Satelit Nusantara Tiga pada 26 April 2019 lalu. []

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.