Jakarta – Industri media Tanah Air hari ini, Kamis, 6 Maret 2025, kehilangan salah satu putra terbaiknya: Fikri Jufri. Jurnalis pendiri Majalah Tempo dan pemegang saham Jawa Pos itu pergi untuk selamanya. Di pagi yang cerah, persis pukul 09.41 WIB.
Fikri adalah salah satu dari sedikit jurnalis nasional yang akhirnya menjadi owner media besar. Di era printing media, tak banyak jurnalis yang beruntung bisa menjadi pemilik media.
Fikri mendirikan majalah Tempo pada 6 Maret 1971. Bersama Goenawan Mohamad (GM), Harjoko Trisnadi, Lukman Setiawan, Usamah Hisyam, dan Christianto Wibisono.
Fikri lahir di Jakarta, 25 Maret 1936. Ia dikenal sebagai jurnalis dengan kekuatan lobi serta keahliannya dalam teknik wawancara dan mendapatkan bahan eksklusif. Tulisannya mendalam. Gaya yang menjadi ciri khas Tempo.
Karier kewartawanan Fikri benar-benar dimulai dari bawah. Dia salah satu wartawan yang aktif dalam gerakan anti-komunis di awal Orde Baru. Seperti ayahnya, garis politiknya adalah nasionalis.
Fikri pernah menuntut ilmu di Fakultas Ekonomi, Universitas Indonesia (UI), tempat ia belajar dan mengagumi pikiran-pikiran Sumitro Djojohadikusumo. Di tahun dia mendirikan Tempo, dia juga mempersunting Anisa sebagai istrinya. Dia dikaruniai tiga anak: Amira, Kemal, dan Karima.
Pada hari jadinya ke-81, 25 Maret 2017, Fikri menerbitkan buku biografinya: “Saya Al Jufri bukan Al Capone”.
Maret sepertinya menjadi bulan istimewa baginya: lahir, mendirikan Tempo, dan kembali ke Sang Pencipta.
Bagi Infobank Media Group (IMG), Fikri adalah pahlawan. Dia adalah satu dari dua pemilik media yang memberikan rekomendasi Infobank agar mendapatkan SIUPP (Surat Izin Usaha Penerbitan Pers). Pahlawan satunya lagi adalah Jacob Oetama, pendiri Harian Kompas.
“Karena jasa beliau, Infobank bisa berdiri dan eksis hingga hari ini. Selamat jalan, Guruku, Pak Fikri Jufri,” ujar Eko B. Supriyanto, Chairman Infobank Media Group, saat mengantar Fikri ke tempat peristirahatan terakhirnya di TPU Karet Bivak. (DW)