THE ASIAN POST, KOLOMBO ― Presiden Sri Lanka, Selasa (23/4), memberikan kekuasaan kepada polisi militer untuk menyapu para teroris setelah pemboman Paskah yang menewaskan hampir 300 orang.
Sebelumnya, para pejabat mengungkapkan, agen-agen intelijen telah memperingatkan beberapa minggu lalu tentang kemungkinan serangan oleh kelompok Muslim radikal yang dituding sebagai penyebab pertumpahan darah.
Pemboman bunuh diri menghantam tiga gereja dan tiga hotel mewah pada Minggu (21/4) dalam kekerasan paling mematikan, sejak negara-pulau itu terlibat perang saudara yang menghancurkan, hingga berakhir pada tahun 2009.
Seperti diberitakan Associated Press (AP), Pemerintah menutup beberapa media sosial, pasukan keamanan bersenjata berpatroli di jalan-jalan pusat yang sebagian besar sepi di ibu kota Kolombo, dan jam malam mulai berlaku.
Militer diberi tempat yang lebih luas untuk menahan dan menangkap para tersangka, sebuah kekuatan yang digunakan selama perang saudara, tetapi ditarik ketika perang berakhir.
Perdana Menteri Ranil Wickremesinghe mengatakan, dirinya khawatir pembantaian itu dapat menimbulkan ketidakstabilan. Ia bersupah untuk memberikan semua kekuatan yang diperlukan untuk menindak terhadap mereka yang bertanggung jawab.
Sehari setelah ledakan, tiga bom yang tidak sempat meledak ditemukan dalam sebuah van, Senin (22/4). Mobil itu diparkir dekat salah satu gereja. Ledakan terjadi setelah polisi gagal menjinakkan tiga bom. Tidak ada cedera yang dilaporkan.
Bukan hanya itu, lusinan detonator ditemukan di dekat depot bus utama Kolombo, tetapi para pejabat menolak mengatakan apakah mereka terkait dengan serangan itu. []