Genjot Kredit Produktif, BPR Universal Nyaris Cetak Laba Rp12 Miliar
Jakarta— PT Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Universal mencetak kinerja yang memuaskan di pertengahan tahun ini, bahkan di atas rerata pertumbuhan perbankan.
Direktur Utama BPR Universal Canisius Sariton menjelaskan, pertumbuhan BPR Universal cukup signifikan karena perusahaan menggenjot kredit produktif saat pandemi Covid-19. Bahkan, lajutnya, peningkatan bisnis selama 2 tahun terakhir rerata di atas 50%. .
“Mungkin di saat pandemi orang lain lagi berhari-hati, kita mendapatkan opportunity justru di situ. Makanya dua tahun terakhir ini pertumbuhan kita justru sangat signifikan karena kita menggunakan opportunity di saat bank lain berhenti kita masuk ke pembiayaan produktif,” ujarnya kepada Asin Post, Jumat (25/8/2023).
Canisius mengatakan, per semester I/2023 laba bersih mencapai hampir Rp12 miliar. Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh sekitar Rp120–130 miliar year to date (ytd).
Di saat pandemi ada bisnis yang justru mendapat opportunity, misalnya alat kesehatan, apotik, ekspedisi. Saat pandemi justru itu yang bertumbuh dan itulah kesempatan bagi kita untuk masuk ke segmen bisnis seperti itu. Kemudian kita juga lihat banyak bisnis-bisnis yang terkait dengan kesehatan di saat itu.
Mengutip laporan keuangan BPR Universal di OJK, jumlah penyaluran kredit yang dikucurkan perusahan meningkat menjadi Rp1,08 triliun atau naik 37% seara tahunan (year on year/yoy), dibandingkan Juni 2022 yang hanya Rp792,12 miliar.
“Sedangkan penyaluran kredit di tahun ini ytd [dari awal tahun 2023] kita bertumbuh Rp100 miliar. Jadi funding kita naik di atas Rp100 miliar, lending juga kita naik di Rp100 miliar,” jelasnya.
Hingga saat ini, BPR Universal menggeluti kredit produktif di sektor bussiness trading di mana kebanyakan dari debiturnya merupakan pelaku UMKM. UMKM. Porsi kredit di segmen trading itu sebesar 70% dari total portofolio kredit, sedangkan sisanya ialah kredit manufaktur dan jasa logistik.
“Kita lebih fokus ke trading yang dominan UMKM. Ada yang kaitannya dengan consumer goods, alat kesehatan, terus ada beberapa bisnis yang berkaitan dengan perdagangan hasil bumi, tapi tidak terlalu signifikan,” bebernya. (*) RAL