Bogor – Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengecek kondisi Telaga Saat di Puncak, Bogor, Jawa Barat, yang menjadi titik nol Sungai Ciliwung, Selasa, 20 Oktober 2020. Kunjungan Doni ini juga dilakukan untuk antisipasi bencana hidrometeorologi seperti banjir, banjir bandang dan tanah longsor akibat dampak fenomena La Nina.
Kegiatan tersebut juga dihadiri Wagub Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum, Kepala Badan Meteorologi, Komandan Jenderal (Danjen) Kopassus Mayjen TNI Mohammad Hasan, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Wali Kota Bogor Bima Arya Sugiarto, Bupati Bogor Ade Munawaroh Yasin, dan perwakilan dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Mantan Pangdam III Siliwangi ini mengungkapkan bahwa sebelumnya kondisi Telaga Saat sangat mengkhawatirkan. Pada 2018, telaga yang menjadi muara dari beberapa mata air di perbukitan di atas Telaga Saat itu dipenuhi tumbuhan gulma. Bahkan, dari total luas telaga, hanya 15 persen yang menampung air. Sisanya dipenuhi gulma dan lumpur sehingga tidak mampu menampung air dengan maksimal.
“Danjen Kopassus ini hadir di sini sekarang bukan sebagai Danjen. Tetapi sebagai mantan Danrem 061 Surya Kencana yang merintis, memulai program untuk pemulihan Telaga Saat. Jadi kehadiran beliau sebagai pelopor bersama dengan tim Relawan Bela Alam. Terima kasih kepada jenderal Hasan bersama tim relawan yang telah bekerja keras sehingga Telaga Saat yang tadinya tidak terlihat air, sekarang ini bisa menjadi indah,” ucap Doni Monardo di Telaga Saat, Selasa, 20 Oktober 2020.
Ia berharap transformasi Telaga Saat bisa menjadi inspirasi bagi komunitas-komunitas di seluruh Indonesia untuk memperhatikan dan melestarikan lingkungan, terutama sumber mata air. “Air adalah sumber kehidupan, sungai adalah peradaban bangsa. Maka kita menjadi bangsa yang beradab dengan cara menjaga mata air, agar kelak tidak menjadi air mata. Dan juga menjaga sungai-sungai kita, agar sungai bisa menjadi tempat yang menyenangkan, bisa memberikan penghidupan,” tambah Doni.
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan adanya potensi terjadinya curah hujan tinggi, ditambah pada minggu-minggu ini akan terjadi fenomena cuaca secara bersamaan. “Berdasarkan prediksi dan data suhu muka air laut yang berada jauh di Samudra Pasifik, dampaknya bisa sampai ke Bogor. Suhu muka air laut di Samudera Pasifik mengalami anomali. Saat ini sudah minus hampir mencapai satu derajat Celcius. Sementara suhu muka air laut di kepulauan maritim Indonesia hangat. Maka terjadilah gap antara suhu muka air laut di Samudera Pasifik bagian tengah ekuator dengan kepulauan Indonesia,” tutur Dwikorita.
Dalam kegiatan tersebut turut pula dilakukan penanaman 1.500 pohon jenis damar, rumput vetiver dan mahoni untuk meningkatkan serapan air di kawasan Telaga Saat.