Defisit Neraca Jasa dan Primer Menyusut di Triwulan I/2023
Jakarta— Neraca transaksi berjalan atau Indonesia melanjutkan tren surplus di kuartal I/ 2023 mencapai US$3,0 miliar. Angka itu setara dengan 0,9% persen dari produk domestik bruto (PDB).
Kendati surplus, nilai tersebut lebih rendah jika dibandingkan capaian surplus pada kuartal IV/2022 sebesar US$4,2 miliar, di mana setara dengan 1,3% dari PDB.
Kepala Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono menjelaskan, surplus neraca perdagangan barang tetap tinggi didukung oleh permintaan dari mitra dagang utama yang tetap baik. Khususnya terhadap komoditas ekspor nonmigas dan penurunan defisit migas seiring penurunan harga minyak dunia.
“Surplus neraca perdagangan barang tetap tinggi didukung oleh permintaan dari mitra dagang utama yang tetap baik terhadap komoditas ekspor nonmigas dan penurunan defisit migas seiring penurunan harga minyak dunia,” katanya dalam keterangan resmi, Selasa (23/5/2023).
Di satu sisi, neraca jasa masih mengalami defisit atau penurunan disebabkan kinerja jasa perjalanan terus menguat seiring meningkatnya mobilitas masyarakat dan pengaruh dari dampak positif pembukaan ekonomi China sehingga mendorong kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara.
“Selain itu, defisit neraca pendapatan primer juga menurun dipengaruhi oleh pembayaran imbal hasil investasi yang lebih rendah,” jelas Erwin.
Kemudian, laporan NPI kuartal I/2023 menyebutkan, surplus transaksi berjalan bersumber dari masih tingginya surplus neraca perdagangan nonmigas. Selain itu harga minyak juga melanjutkan tren penurunan seiring dengan berlakunya disrupsi suplai minyak global sehingga menyebabkan perbaikan defisit nonmigas.
Neraca perdagangan nonmigas pada kuartal I 2023 mencatat surplus cukup tinggi sebesar US$18,7 miliar. Angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan surplus kuartal sebelumnya sebesar US$22,4 miliar.
Pada kuartal I/2023, BI mencatat surplus transaksi modal dan finansial naik signifikan, yaitu mencapai US$3,4 miliar atau setara dengan 1,0% dari PDB, dari sebelumnya US$300 juta atau 0,1% dari PDB pada kuartal IV/2022. Surplus tersebut didukung oleh peningkatan kinerja investasi portofolio, terutama dalam bentuk aliran masuk pada Surat Berharga Negara (SBN) domestik, serta investasi langsung yang tetap solid.
Di sisi lain, transaksi investasi lainnya mengalami peningkatan defisit yang disebabkan oleh peningkatan investasi swasta dan kebutuhan pembayaran utang luar negeri.
Dengan demikian, neraca pembayaran Indonesia (NPI) pada kuartal I/2023 mencatatkan surplus sebesar US$6,5 miliar, naik dari US$4,7 miliar pada kuartal IV/2022. “BI menilai kinerja NPI kuartal I/2023 yang meningkat, terus menopang ketahanan eksternal Indonesia,” kata Erwin. (*) RAL