Bos OJK: Kinerja Pasar Modal Indonesia Terbaik di ASEAN, Kapitalisasi Saham Tembus Rp9.500 Triliun
Jakarta—Aktivitas perdagangan bursa saham Indonesia mencetak kenaikan yang cukup signifikan hingga penutupan 2022.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar melaporkan, kinerja pasar modal Indonesia mampu bertahan dan menunjukkan kinerja positif di tengah gejolak dan ketidakpastian ekonomi global.
Bahkan, kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terbaik dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN dan Asia secara umum.
“Frekuensi transaksi harian mencapai 1,31 juta kali yang terbesar di ASEAN. Kapitalisasi pasar tertinggi mencapai angka Rp9.500 triliun atau US$600 miliar. Artinya 50% terhadap PDB Indonesia. Terdapat 59 pencatatan saham baru atau IPO pada 2022,” ujarnya pada acara Peresmian Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia Tahun 2023, Jakarta, Senin (2/1/ 2023).
Dia menjabarkan, jumlah investor pasar modal pada penutupan perdagangan telah meningkat mencapai 10,3 juta. Artinya, jumlah ini 10 kali lipat atau 1.000% meningkat dalam lima tahun terakhir sejak 2017. Menariknya, kata dia, keterlibatan investor domestik sudah mencapai 55% dari seluruh investor yang ada. Jika dihitung, generasi milenial dan Z mendominasi sebesar 58,7%.
“Ke depan satu hal yang harus kita prioritaskan, yaitu peningkatan integritas, akuntabilitas, kredibilitas karena dengan begitu kita akan mampu mengisi gelas yang kosong, yang masih luas sekali dari populasi Indonesia. Memang sudah mencapai 10,3 juta, namun sebenarnya baru 4% dari populasi nasional,” sambungnya.
Mahendra menegaskan, kinerja IHSG masih jauh lebih baik dibandingkan pasar modal di negara-negara Eropa. Mengutip pemberitaan di salah satu media keuangan internasional. Mahendra menggambarkan suasana penutupan perdagangan bursa saham Eropa per 30 Desember 2022 yang berjudul European Stocks Lower, Ending a Brutal Year on a Week Note.
Dikatakan, pasar Eropa turun disebabkan oleh kondisi yang brutal akibat perang di Ukraina, inflasi yang tinggi, dan kebijakan moneter yang ketat. The Pan European Stoxx 600 Index terperosok hingga 12%. Angka itu terparah sejak 2018 dan lebih jelek dibandingkan saat pandemi 2020-2021.
“Ke depan, dengan penguatan perekonomian, daya tahan yang kuat maka tidak ada istilah wait and see bagi investasi di Indonesia. It’s all about investment and investment. Kita harus siap untuk itu dan kita dorong momentum ini,” pungkasnya. (*)
Editor: Ranu Arasyki