THE ASIAN POST, JAKARTA ― Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Totok Suprayitno meminta agar hasil Ujian Nasional (UN) dijadikan perbaikan proses belajar dan mengajar.
“Sangat penting bagi pra-pendidikan dan juga pembuat kebijakan di semua level untuk memanfaatkan diagnosis UN yang Kemendikbud berikan setiap tahun, selepas UN. Jadikan hasil diagnosis ini sebagai salah satu untuk perbaikan proses belajar mengajar,” ujar Totok di Jakarta, Kamis (25/4).
Dari hasil UN pula, katanya, bisa digunakan untuk peningkatan kompetensi guru, baik itu melalui pengembangan diri maupun pelatihan. Jika hal itu berjalan sebagaimana mestinya, maka akan terjadi peningkatan proses belajar mengajar.
Dia menjelaskan UN merupakan sistem penilaian nasional yang menilai kemampuan siswa atas materi yang dikuasainya.
“Nah sekarang jika ada siswa yang mengeluh soal UN, hal itu perlu menjadi bahan refleksi untuk mengetahui penyebab dan mencari solusinya,” ujar dia, seperti dilansir Antara.
Sebelumnya, banyak siswa yang mengeluhkan sulitnya soal UN Matematika dan Bahasa Inggris untuk tingkat SMP. Keluhan siswa itu disampaikan melalui akun instagram Kemendikbud.
Sebanyak 4.279.008 siswa mengikuti Ujian Nasional (UN) tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTS) yang dilaksanakan mulai 22 April hingga 25 April.
Untuk sejumlah wilayah, seperti Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Timur, UN dilaksanakan pada 23 April. UN tingkat SMP/MTS mengujikan empat mata pelajaran, yakni Matematika, Bahasa Indonesia,Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam.
UN SMP dan MTS tersebut diikuti 56.505 sekolah yang terdiri dari 39.326 SMP dan 17.719 MTs. Sekolah yang mengikuti UNBK mencapai 78 persen.
Sejumlah provinsi yang sudah menyelenggarakan UNBK secara keseluruhan atau 100 persen untuk tingkat SMP yakni DKI Jakarta, Gorontalo, Kalimantan Selatan, Jawa Timur, Aceh, DI Yogyakarta, dan Bangka Belitung. []