Jakarta— Industri asuransi umum di Indonesia menghadapi berbagai tantangan signifikan hingga akhir tahun 2024.
Ketidakpastian ekonomi global dan domestik, ditambah dengan melemahnya daya beli masyarakat, berdampak negatif pada penjualan produk asuransi.
Meskipun kebijakan wajib asuransi kendaraan telah diterapkan, tingginya suku bunga terus menekan margin keuntungan perusahaan asuransi.
Selain itu, rendahnya rasio kepemilikan asuransi di kalangan penduduk juga menjadi kendala besar. Hal ini membuat industri untuk lebih gencar melakukan literasi dan edukasi tentang pentingnya asuransi.
Regulasi baru, seperti IFRS 17 yang diadopsi dari PSAK 117 yang akan berlaku pada 2025, memaksa perusahaan asuransi untuk lebih cermat dalam mengelola risiko dan kewajiban.
Perusahaan harus memastikan premi yang cukup untuk menutupi kewajiban sesuai dengan metode baru, yang berpotensi mempengaruhi modal perusahaan.
Untuk menghadapi hal ini, perusahaan asuransi umum perlu mengoptimalkan portofolio risiko dan meningkatkan efisiensi operasional. Sehingga mereka siap menghadapi tantangan regulasi di tahun 2025.
Dalam situasi pasar yang penuh tantangan ini, Maximus Insurance tetap optimis dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Beberapa strategi kunci telah disiapkan.
Presiden Direktur Maximus Insurance, Jemmy Atmadja, mengakui bahwa industri asuransi saat ini berada dalam kategori Hard Market yang menekan tidak hanya asuransi tetapi juga reasuransi.
“Padahal dalam bisnis spreading of risk kita mesti bersinergi antara asuransi dan reasuransi untuk memilah resiko yang benar-benar bijaksana,” ujar Jemmy.
Maximus Insurance memperluas saluran distribusi dengan bekerja sama dengan perbankan, multifinance, dan platform digital.
Perusahaan juga menambah agen untuk menjangkau lebih banyak segmen pasar.
Efisiensi Operasional
Penggunaan teknologi digital dioptimalkan untuk meningkatkan efisiensi operasional dan memberikan pengalaman yang lebih baik kepada nasabah. Ini termasuk pengembangan platform digital untuk klaim dan pembelian polis.
“Perusahaan juga memperkuat manajemen risiko melalui kebijakan underwriting yang lebih ketat dan kerja sama dengan reasuransi untuk mengurangi eksposur risiko besar,” ucap Jemmy.
Selain itu, Maximus Insurance terus meningkatkan efisiensi operasional melalui otomatisasi proses, analisis data, dan optimalisasi sumber daya.
Strategi kunci lain yang tak kalah penting adalah memberikan Service Excellence.
Menurut Jemmy, pengalaman pelayanan yang didapatkan oleh para nasabah adalah kunci bagaimana pihaknya dapat membuahkan hasil yang diharapkan.
“Karena dengan pelayanan yang excellence, akan memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat dalam berasuransi dengan Maximus Insurance,” tambah Jemmy. (*) Alfi Salima Puteri
Editor: Ranu Arasyki Lubis