Siapa Dolly Pulungan, “Si Kutu Loncat” yang Berakhir di Bui

LEWAT operasi senyap, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) sukses menggagalkan kongsi jahat dugaan suap distribusi gula yang menyeret nama Direktur Utama PTPN III, Dolly Pulungan.

Dolly, yang dikenal sebagai “orang kebun” itu resmi ditetapkan sebagai tersangka, meski dirinya tak berada di lokasi saat operasi tangkap tangan (OTT)  itu dilancarkan KPK pada Selasa (3/9). Ia kemudian menyerahkan diri ke komisi antirusuah itu, Rabu (4/9) dini hari.

Selain Dolly, KPK juga menetapkan dua orang tersangka lainnya dalam kasus haram ini, yakni Direktur Pemasaran PTPN III I Kadek Kertha Laksana dan pemilik PT Fajar Mulia Transindo Pieko Nyotosetiadi. Dolly diduga mendapat fee atas jasa yang tak seharusnya diterima, sebesar USG345.000 dari Pieko.

Sebagai orang nomor satu di perusahaan yang menguasai lahan seluas 1,18 juta hektar, Dolly seolah ingin menguji moto perusahaan ini: “Kami Bekerja dengan Jujur, Tulus dan Ikhlas”.

Barangkali, ini pula yang awalnya diharapkan Menteri BUMN Rini Soemarno ketika mengangkat Dolly untuk kembali “berkebun”, menjadi Dirut Utama Holding BUMN Perkebunan (PTPN III) dan mengembalikan Dasuki Amsir, untuk berada di habitatnya lagi sebagai “orang bank”.

Kembalinya Dolly ke wilayah kebun sebenarnya sudah tercium sejak ia “dimagangkan” sebagai Wakil Dirut perusahaan holding itu. Ada indikasi bahwa pemerintah sebagai pemilik saham terbesar akan mengembalikan “orang-orang penyeberang” untuk kembali ke baraknya.

Diketahui, dalam tahun tahun pertama Rini Soemarno menjadi Menteri BUMN, mantan eksekutif Astra International ini, melakukan perombakan jajaran direksi BUMN Perkebunan, dan menempatkan “orang nonkebun” ke tubuh BUMN Perkebunan, sebagian besar “orang bank”.

Ada kesan sangat kuat, digesernya sejumlah “orang kebun” dengan “orang bank” mengindikasikan Rini Soemarno kurang percaya dengan “orang kebun”. Rini kelihatannya ingin mengangkat harkat BUMN Perkebunan yang termarjinalkan dan tak mampu bersaing dengan perusahaan perkebunan swasta.

Dolly sendiri sebelumnya pernah mencicipi sektor keuangan. Jauh sebelum gabung ke PTPN III, Dolly sempat menjabat sebagai Group Head-Asset Management Credit IBRA dari periode 1998-2004. Setelah itu, dia ke Bahana Sekuritas menjabat sebagai Senior Vice President-Investment Management PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia dari 2004-2008.

Tapi, sejatinya Dolly adalah “orang kebun” karena dalam jajaran direksi BUMN Perkebunan, dia bukan orang baru. Ia pernah mencicipi kursi Direktur Keuangan di PTPN X selama periode 2008-2014. Selanjutnya, selama dua tahun, dari  2015 hingga 2017, Dolly dinobatkan sebagai Dirut PT Perkebunan XI yang berkantor di Surabaya.

Hampir lima tahun di PTP Nusantara XI, Dolly dinilai sukses mengangkat produktivitas tebu dan menaikan rendemen gula. Di tahun 2016, produksi gula PTP Nusantara XI mencapai 142.000 ton, dengan rendemen tertinggi sebesar 7,08%. Konon, setelah Dolly dipindah ke BUMN Peternakan, PT Berdikari (Persero), kinerja PTPN XI merosot drastis.

Di PT Berdikari, Dolly tidak lama, hanya dua bulan karena kembali dipindah untuk memimpin PT Garam. Dari sini, Dolly “dibaptis” kembali menjadi “orang kebun”. Dia menjadi Dirut PTP Nusantara VII di Kalimantan Barat menggantikan Andi Wibisono (2017-2018). Hanya bertahan setahun, karena ada perubahan nomenkatur jabatan direksi BUMN Perkebunan, Dolly mengisi jabatan Wakil Dirut Holding PT Perkebunan Nusantara III.

Sekarang, setelah Dolly dicokok, tidak berlebihan jika kemudian muncul kekhawatiran bahwa kepercayaan pemerintah terhadap “orang kebun” kembali rontok, di tengah isu yang beredar kembalinya Dolly ke “kebun” dan mudahnya ia berpindah-pindah BUMN karena kedekatannya dengan Rini Soemarno.

Tapi Said Didu, mantan Sekretaris Kementerian BUMN, punya pandangan lain. Menurutnya, kasus suap distribusi gula yang melibatkan Dolly menunjukkan rekrutmen pimpinan BUMN tidak hati-hati dan cenderung sembrono.

“Tertangkapnya Dirut Holding PTPN III oleh @KPK_RI adlh kasus ke 5 2019. Fakta bhw rekruitmen @KemenBUMN  tdk prudent,” kata Said Didu, melalui cuitannya.

Menyinggung soal Dolly yang kerap pindah-pindah BUMN, menurut Said Didu justru menunjukkan ketidakpercayaan.

“Sebelumnya ybs pernah diberhentikan sbg Dirut PTPN 11, bbrp waktu kemudian diangkat sbg Dirut Berdikari, kemudian PT Garam (ini down grade),” ciutnya. []

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.