Jakarta – Berkurangnya minat pemuda pemudi terhadap hubungan asmara dan seks ternyata tidak hanya terjadi di negeri Sakura Jepang. Remaja di negeri Paman Sam pun semakin kekurangan minat untuk melakukan hubungan badan (HB). Kondisi ini diungkapkan langsung melalui sebuah survei yang dilakukan pemerintah AS terhadap para siswa dan siswi dari sekolah menengah di sana.
Berdasarkan survei yang dilakukan setiap dua tahun itu, jumlah remaja yang pernah berhubungan seks di AS mulai mengalami penurunan tajam. Bahkan, hal ini terjadi sebelum pandemi Covid-19 melanda. Padahal, pada tiga dekade lalu, lebih dari setengah remaja di AS mengatakan pernah berhubungan seks.
Misalnya pada 2019, jumlah remaja yang mengaku pernah berhubungan seks ialah sebesar 38%. Lalu, pada 2021, porsinya menjadi 30%. Penurunan ini sekaligus menjadi yang paling dalam sepanjang sejarah survei itu dilakukan, seperti dikutip dari Associated Press (28/4).
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS merilis laporan pada Kamis (27/4) terkait temuan terbaru pada survei yang menyelidiki perilaku remaja berisiko, seperti merokok, minum, berhubungan seks, dan membawa senjata. Lebih dari 17.000 siswa di 152 sekolah menengah negeri dan swasta dimintai pendapatnya pada survei yang dilakukan pada 2021 itu.
CDC mencatat adanya tren penurunan pada siswa yang mengatakan bahwa mereka sedang berhubungan seks atau yang memiliki setidaknya empat pasangan seks. Menurut para pakar, berkurangnya jumlah remaja yang pernah berhubungan seksual di AS itu juga dipengaruhi oleh faktor pandemi Covid-19 yang memaksa mereka untuk mengisolasi diri dan berada di bawah pengawasan orang dewasa.
Meskipun para pakar kesehatan memandang positif penurunan jumlah remaja yang pernah berhubungan intim ini sebagai langkah meminimalisir jumlah pasien penyakit seksual dan kehamilan muda, namun di satu sisi hal itu juga menunjukkan berkurangnya kualitas hubungan interpersonal dalam menjaga kesehatan mental.
“Saya pikir ini bersama-sama menggambarkan siswa sekolah menengah yang membangun lebih sedikit hubungan interpersonal yang kuat yang dapat melindungi kesehatan mental yang baik,” ujar Laura Lindberg selaku peneliti perilaku seksual remaja dari Universitas Rutgers yang mempelajari perilaku seksual remaja.
“Ini adalah kesempatan untuk mengatakan mungkin remaja melakukan hubungan seks terlalu sedikit,” tambah Lindberg, yang tidak berpartisipasi dalam survei itu.
Sementara itu, Kathleen Ethier dari CDC menyatakan bahwa tren penurunan intensitas hubungan seks di kalangan remaja tersebut sebagai sesuatu yang positif. Mengingat semakin banyak kawula muda yang sadar akan kesehatan organ seksualitas.
“Tapi yang menjadi perhatian saya adalah ini berpotensi menjadi cerminan dari isolasi sosial,” jelas Ethier selaku Direktur Divisi Kesehatan Remaja dan Sekolah CDC. SW