OJK Ungkap Kondisi Industri Keuangan RI di Tengah Gejolak Ekonomi Global

Jakarta– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyatakan, stabilitas sektor jasa keuangan (SJK) masih tetap terjaga di tengah melemahnya perekonomian global dan menignkatnya tensi geopolitik di Timur Tengah.

Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar mengatakan, akan terus mencermati dan melakukan asesmen berkala terhadap perkembangan kondisi geopolitik global yang berpotensi meningkatan volatilitas pasar keuangan dan kinerja debitur sektor riil yang memiliki eksposur terhadap risiko terkait.

“OJK juga meminta Lembaga Jasa Keuangan untuk terus melakukan asesmen atas perkembangan terkini dan melakukan asesmen lanjutan sehingga diharapkan mampu mengambil langkah antisipatif untuk memitigasi potensi peningkatan risiko,” kata Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar, saat konferensi pers usai Rapat Dewan Komisioner Bulanan OJK, pada 25 Juni 2025.

OJK saat ini sedang memproses perizinan dalam rangka penetapan kelembagaan Perusahaan Induk Konglomerasi Keuangan (PIKK) sebagai tindak lanjut POJK No. 30 Tahun 2024 tentang Konglomerasi Keuangan dan PIKK, serta sedang menyusun RPOJK tentang Penerapan Tata Kelola Terintegrasi Bagi PIKK. Hal ini dilakukan sebagai upaya penguatan pengawasan terintegrasi di sektor jasa keuangan.

Di sektor pasar modal, OJK mencatat pasar saham domestik secara mtd melemah 3,46 persen di level 6.927,68, sedangkan secara ytd melemah 2,15 persen.

Nilai kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12.178 triliun atau turun 1,95 persen mtd (turun 1,28 persen ytd). Sementara itu, non-resident mencatatkan net sell secara mtd pada Juni 2025 sebesar Rp8,38 triliun (secara ytd, net sell sebesar Rp53,57 triliun ).

Di industri pengelolaan investasi, per 30 Juni 2025 nilai Asset Under Management (AUM) tercatat sebesar Rp844,69 triliun (turun 0,19 persen mtd atau naik 0,87 persen ytd). Reksa dana tercatat net subscription sebesar Rp0,45 triliun secara mtd (ytd: net redemption Rp2,02 triliun). 

Sementara itu, penghimpunan dana di pasar modal masih dalam tren yang positif,. Tercatat, nilai Penawaran Umum mencapai Rp142,62 triliun dengan Rp8,49 triliun di antaranya merupakan fundraising dari 16 emiten baru.

Untuk penggalangan dana pada Securities Crowd Funding (SCF), sejak pemberlakuan ketentuan SCF hingga 30 Juni 2025, telah terdapat 18 penyelenggara yang telah mendapatkan izin dari OJK.

Sebanyak 852 penerbitan Efek dari 525 penerbit, 182.643 pemodal, dan total dana SCF yang dihimpun dan teradministrasi di KSEI sebesar Rp1,60 triliun.

Sektor Perbankan

Di sektor perbankan, OJK menyatakan kinerja intermediasi perbankan stabil dengan profil risiko yang terjaga. Pada Mei 2025, kredit tumbuh 8,43 persen yoy (April 2025: 8,88 persen) menjadi Rp7.997,63 triliun.

Berdasarkan jenis penggunaan, kredit investasi tumbuh tertinggi 13,74 persen. Diikuti oleh Kredit Konsumsi 8,82 persen, sedangkan Kredit Modal Kerja tumbuh 4,94 persen yoy.

Ditinjau dari kepemilikan, bank KCBLN tumbuh paling tinggi yaitu sebesar 11,61 persen yoy. Dari kategori debitur, kredit korporasi tumbuh sebesar 11,92 persen, kredit UMKM tumbuh sebesar 2,17 persen.

Kualitas kredit tetap terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 2,29 persen (April 2025: 2,24 persen). Sedankgan NPL net 0,85 persen (April 2025: 0,83 persen).

Loan at Risk (LaR) juga relatif stabil, tercatat 9,93 persen (April 2025: 9,92 persen). Meskipun meningkat dibandingkan bulan sebelumnya, namun Rasio LaR tercatat stabil dan masih di level sebelum pandemi.

Ketahanan perbankan juga tetap kuat. Hal ini tercermin dari permodalan (CAR) yang berada di level tinggi sebesar 25,51 persen (April 2025: 25,41 persen).

Level yang tinggi ini menjadi bantalan mitigasi risiko yang kuat di tengah kondisi ketidakpastian global.  

Asuransi, Penjaminan, dan Dana Pensiun

OJK melaporkan, aset industri asuransi di Mei 2025 mencapai Rp1.163,62 triliun, naik 3,84 persen yoy. Dari sisi asuransi komersial, total aset mencapai Rp939,75 triliun atau naik 4,30 persen yoy.

Adapun, kinerja asuransi komersial berupa pendapatan premi pada periode Januari-Mei 2025 mencapai Rp138,61 triliun, atau tumbuh 0,88 persen yoy.

Rinciannya, premi asuransi jiwa terkontraksi sebesar 1,33 persen yoy dengan nilai sebesar Rp72,53 triliun. Lalu, premi asuransi umum dan reasuransi tumbuh 3,43 persen yoy dengan nilai sebesar Rp66,08 triliun. 

Secara umum, permodalan industri asuransi komersial masih menunjukkan kondisi yang solid. Industri asuransi jiwa serta asuransi umum dan reasuransi secara agregat mencatatkan Risk Based Capital (RBC) masing-masing 480,77 persen dan 311,04 persen (di atas threshold sebesar 120 persen).

Pada industri dana pensiun, total aset per Mei 2025 tumbuh sebesar 9,20 persen yoy dengan nilai mencapai Rp1.572,15 triliun.

Untuk program pensiun sukarela, total aset mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,05 persen yoy dengan nilai mencapai Rp391,33 triliun.

Lanjut, pada program pensiun wajib, total aset mencapai Rp1.180,82 triliun atau tumbuh sebesar 10,65 persen yoy. Pada perusahaan penjaminan, pada Mei 2025 nilai aset tumbuh 0,53 persen yoy menjadi Rp47,32  triliun.

Sektor PVML

Di sektor PVML, piutang pembiayaan perusahaan pembiayaan tumbuh 2,83 persen yoy pada Mei 2025 (April 2025: 3,67 persen yoy) menjadi Rp504,58 triliun. Kenaikan didukung pembiayaan modal kerja yang tumbuh sebesar 10,34 persen yoy.

Profil risiko Perusahaan Pembiayaan (PP) terjaga dengan rasio Non Performing Financing (NPF) gross tercatat sebesar 2,57 persen (April 2025: 2,43 persen). Sedangkan NPF net 0,88 persen (April 2025: 0,82 persen).

Gearing ratio PP tercatat sebesar 2,20 kali (April 2025: 2,23 kali) dan berada di bawah batas maksimum sebesar 10 kali. 

Pembiayaan modal ventura di Mei 2025 tumbuh 0,88 persen yoy (April 2025: 1,04 persen yoy), dengan nilai pembiayaan Rp16,35 triliun (April 2025: Rp16,49 triliun).

Pada industri Pinjaman Daring (Pindar), outstanding pembiayaan di Mei 2025 tumbuh 27,93 persen yoy (April 2025: 29,01 persen yoy), dengan nominal sebesar Rp82,59 triliun. Tingkat risiko kredit secara agregat (TWP90) berada di posisi 3,19 persen (April 2025: 2,93 persen).

Untuk pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) oleh perusahaan pembiayaan pada Mei 2025 meningkat 54,26 persen yoy (April 2025: 47,11 persen yoy), atau menjadi  Rp8,58 triliun. Sektor ini memiliki NPF gross sebesar 3,74 persen (April 2025: 3,78 persen).

Sementara di bidang Inovasi Teknologi Sektor Keuangan (ITSK), per Mei 2025, penyelenggara ITSK yang terdaftar di OJK telah berhasil menjalin 987 kemitraan dengan LJK dari berbagai sektor, seperti perbankan, perusahaan pembiayaan, perasuransian, perusahaan sekuritas, P2P lending, LKM, dan pergadaian, serta dengan penyedia jasa teknologi informasi dan penyedia sumber data.

Adapun penyelenggara ITSK dengan jenis Penyelenggara Agregasi Jasa Keuangan (PAJK) berhasil menyelesaikan transaksi yang disetujui mitra senilai Rp2,14 triliun. Jumlah pengguna PAJK mencapai 928.396 user yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia.

Selain itu, jumlah permintaan data skor kredit (total hit) yang diterima oleh penyelenggara ITSK dengan jenis PKA mencapai 26,37 juta hit.

Hal ini menunjukkan bahwa kehadiran layanan dari penyelenggara ITSK telah berkontribusi dalam peningkatan kegiatan dan pendalaman pasar di sektor jasa keuangan. Pun, meningkatkan inklusi pemanfaatan produk dan layanan pembiayaan jasa keuangan.

Sementara untuk aktivitas aset kripto di Indonesia, jumlah konsumen berada dalam tren meningkat per Mei 2025 mencapai 14,78 juta konsumen (April 2025: 14,16 juta konsumen).

Adapun nilai transaksi aset kripto periode Mei 2025 tercatat sebesar Rp49,57 triliun (April 2025: Rp35,61 triliun). Hal ini menunjukkan kepercayaan konsumen dan kondisi pasar yang tetap terjaga baik. (*) RAL

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.