THE ASIAN POST, JAKARTA ― Liburan panjang memang sudah selesai. Tapi, liburan akhir tahun sudah menanti.
Nah, supaya liburan asyik dan menyenangkan dan terencana, sebaiknya anda mempersiapkannya jauh-jauh hari. Jika anda memutuskan untuk ke luar negeri, salah satu yang harus diketahui adalah keamanan negara yang bersangkutan.
Institute for Economics and Peace (IEP), baru-baru ini mengeluarkan data Global Peace Index tahun 2018. Data ini merupakan daftar dari tingkat keamanan 163 negara dengan beberapa faktor
Beberapa aspek yang menjadi penilaian adalah aspek kriminalitas, politik, militer, dan berbagai faktor keamanan lainnya.
Hasilnya, ada 20 negara yang paling tidak aman bagi turis asing. Kita mulia dari urutan paling buncit.
20. Venezuela : Kelangkaan bahan-bahan pokok seperti air, makanan, obat-obatan, dan listrik telah menyebabkan banyak kerusuhan sosial dan kejahatan di seluruh Venezuela. Tingkat kejahatan di negara ini salah satu tertinggi di dunia. Perampokan bersenjata, pembunuhan, penculikan, dan pembajakan mobil umum terjadi.
19. Mali : Risiko serangan teroris sangat tinggi di ibukota Mali, Bamako, serta wilayah lain di utara dan tengah. Hotel dan restoran sering menjadi sasaran serangan.
18. Israel: Adanya konflik Israel-Palestina membuat anda mempertimbangkan kembali perjalanan ke Israel. Departemen Luar Negeri Amerika Serikat (AS) menyatakan, Israel sebagai ancaman tingkat dua dalam skala satu hingga empat.
17. Lebanon : Beberapa kelompok ekstremis aktif di Lebanon, serangan teroris seperti pemboman sering terjadi. Demonstrasi dan perselisihan antar tetangga atau keluarga sering meningkat menjadi kekerasan.
16. Nigeria : Dua kelompok ekstremis, Boko Haram dan Islamic State West Africa bertanggung jawab atas sebagian besar kekerasan di Nigeria, umumnya menargetkan kawasan berpenduduk padat, gereja, sekolah, restoran, hotel, dan tempat hiburan.
15. Korea Utara : Militerisasi besar-besaran menjadikan ekonomi negara lemah. Warga tidak punya properti, sehingga menyulut korupsi. Warga tidak punya hak bicara. Pemerintahnya juga bisa menangkap dan menahan orang tanpa alasan.
14. Ukraina : Pertempuran antara militer Ukraina dan separatis bersenjata yang didukung Rusia umum terjadi di wilayah timur dan tenggara, lebih khusus lagi di wilayah Donetsk, Luhansk, dan Krimea. Warga sipil terus terjebak dalam pertempuran.
13. Sudan : Sudan terpuruk karena kekerasan antar etnis yang tak kunjung henti. Dua perang saudara dan konflik antar suku memecah-belah negara, yang akhirnya menyebabkan pemisahan diri bagian Selatan Sudan menjadi negara Sudan Selatan. Tingginya kemiskinan dan praktek perbudakan memperburuk kondisi negara.
12. Turki: Pasar keuangan di Turki telah mengalami gejolak sejak sebelum pemillihan kepala daerah yang dilakukan Maret lalu. Mata uang lira turun 5% dalam tempo satu hari saja, sementara pasar saham kehilangan 10% dalam kurun waktu seminggu lebih. Perekonomian Turki sejatinya mengalami masa yang sulit, dengan resesi yang dibarengi dengan inflasi tinggi.
11. Pakistan : Konflik agama telah melanda Pakistan selama bertahun-tahun, dan kekerasan terhadap kelompok agama tertentu masih umum terjadi. Pemerintah Pakistan juga sangat membatasi kebebasan berbicara, dan melarang orang asing mengunjungi berbagai tempat di seluruh negeri.
10. Rusia : Beberapa wilayah eks Uni Soviet ini masih dinyatakan rawan akan terjadinya serangan teror. Wilayah yang dimaksud meliputi wilayah perbatasan dengan Ukraina. Sehingga, agak rawan untuk menjadi tempat berlibur para wisatawan.
9. Republik Kongo: Militer Kongo, kelompok-kelompok bersenjata dan bandit-bandit aktif di banyak wilayah negara ini dan mereka sangat kasar. Wisatawan berisiko berpapasan dengan mereka.
8. Lybia: Delapan tahun sudah revolusi Libya berjalan. Namun, bukannya mengalami perubahan positif, negeri di wilayah Afrika Utara ini malah terjebak kekacauan tanpa akhir. Praktik korupsi pun merajalela di seluruh Libya.
7. Afrika Tengah: Setelah Pemilu pertama diadakan pada 1993, namun gagal menciptakan stabilitas. Pemerintah, Kelompok Kristen dan Islam adu kuat memperebutkan kekuasaan.
6. Somalia: Somalia tidak punya pemerintahan definitif, dan jadi tempat ilegal bagi tumbuhnya kelompok radikal. Somalia dilanda perang saudara sejak 1991. Perang menyebabkan negara dilanda kemiskinan dan intervensi internasional memicu situasi tambah buruk.
5. Iraq: Setelah penggulingan Saddam Hussein 2003, Irak tidak pernah tenang. Sekarang Irak Harus dihadapi kelompok teroris ISIS.
4. Yaman : Kelompok pemberontak berbasis di ibukota Yaman, Sanaa, terus menargetkan dan menahan warga negara AS. Kelompok ekstremis seperti Al-Qa’ida juga aktif di negara ini, dan karena ranjau darat dan serangan udara, sebagian besar penduduk Yaman kekurangan kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan medis.
3. Sudan Selatan : Negara terbentuk 2011 setelah memisahkan diri dari Sudan. Sejak itu, negara baru ini terus dilanda perang saudara dan perang antar suku yang berebut kekuasaan. Konflik sebabkan tewasnya ratusan ribu orang, mungkin jutaan. Selain kekerasan etnis, kondisi kesehatan juga sangat buruk.
2. Suriah : Konflik berkepanjangan antara pemerintah Suriah dan pemberontak di sana masih berlangsung. Hingga tahun lalu, korban tewas tercatat mencapai 465 ribu warga, lebih dari satu juta orang terluka, dan lebih dari 12 juta (setengah dari populasi negara itu) mengungsi dan terusir dari rumah mereka. Konflik yang terjadi juga membuat Suriah tidak aman bagi wisatawan.
1. Afghanistan: Sejak dilakukannya invansi Amerika Serikat (AS) pada 2001, rakyat Afganistan tidak pernah merasa sangat tidak aman seperti sekarang. Taliban menguasai lebih banyak wilayah di sana. Perang Afghanistan telah menjadi perang terpanjang dalam sejarah AS. Seiring berjalannya waktu, konflik ini makin rumit. Ini tentunya berbahaya bagi wisatawan untuk berlibur.