Bali Small is Beautiful, Tujuan Wisata Favorit Dunia

Nangun sat kerthi loka Bali, visi Gubernur Bali Dr. Wayan Koster

Sebagaimana yang sering kita dengar Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Era Baru merupakan visi dan program Pemerintah Provinsi Bali yang harus dikerjakan kedepan dalam upaya menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya agar Bali tetap terjaga dan terapresiasi taksunya sebagai Bali Small Is Beautiful dengan Budaya Hindu Bali (BHB) nya.

Sekaligus upaya mengangkat derajat wong cilik kaum marhaen yang selama ini cenderung termarginal kan kurang mendapat perhatian pemerintah daerah Bali sebelumnya.

Mestinya lembaga keuangan yang ada utamanya BPD Bali sebagai bank milik rakyat Bali dan sebagai agent of development mampu meres pon peluang bisnis pemberdayaan wong cilik kaum marhaen ini.

Harus memahami visi dan misi serta program Gubernur Bali DR. Wayan Koster yang pro wong cilik kaum marhaen. Dengan menyediakan skim kredit mikro yang tersedia dalam KUR mikro yang merupakan program pemerintah pusat.

Khusus diciptakan berupa stimulus fiscal dalam upaya memberdayakan dunia usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) atau diciptakan skim kredit khusus oleh BPD Bali yang tentu tidak sulit untuk itu bila punya keberpihakan utamanya kepada wong cilik kaum marhaen sejalan dengan program dan visi Gubernur Bali DR. Wayan Koster yang brilian dan luhur tersebut patut kita dukung bersama demi juga terjaga dan terapresiasi BHB.

Sebagaimana visi dimaksud untuk menuju Bali Era Baru dengan menata secara fundamental dan komprehensif pembangunan Bali yang mencakup tiga aspek utama yakni alam, krama dan kebudayaan Bali berdasarkan nilai nilai Tri Hita Karana yang berakar dari kearifan lokal Sad Kerthi. Mewujudkan Bali Era Baru tersebut ditandai dengan tatanan kehidupan baru Bali yang Kawista, Bali kang tata titi tentram kerta raharja gemah ripah loh jinawi, yakni tatanan kehidupan  holistik yang meliputi 3(tiga)  dimensi utama yakni yang bisa menjaga keseimbangan alam, krama dan kebudayaan Bali, genuine Bali.

Untuk menata fundamental pembangunan Bali secara menyeluruh telah disiapkan sejumlah Peraturan Gubernur (Pergub) No.79/2018 tentang hari penggunaan busana adat Bali, No.80/ 2018 tentang perlindungan dan penggunaan Bahasa, Aksara, dan sastra Bali, serta penyelenggaraan bulan bahasa Bali.  No.97/2018 tentang pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai. No.99/2018 tentang pemasaran dan pemamfaatan produk pertanian, perikanan dan industri lokal Bali. No.104/2018 tentang jaminan kesehatan nasional – krama Bali sejahtera (JKN-KBS). No.2/2019 tentang integrasi system dan data Pajak Hotel dan Restauran Kabupaten/Kota se Bali secara on line.No.47/2019 tentang pengelolaan sampah berbasis sumber. No.97/2019 tentang bantuan biaya peningkatan mutu pendidikan bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu. No.1/2020 tentang  minuman khas Bali, payung hukum bagi perajin arak. No.4/2020 tentang penguatan dan pemajuan kebudayaan Bali. No.5/2020 tentang penyelenggaraan sertifikat elektronik di lingkungan Pemerintah Propinsi Bali. No.12/2020 tentang pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi berupa bunga dan denda terhadap pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor. No.15/2020 tentang paket kebijakan percepatan penanganan corona virus disease 2019 (covid 19) di Propinsi Bali. No.46/2020 tentang penerapan disiplin dan penegakan hukum protocol kesehatan. No.32/2020 tentang perubahan peraturan Gubernur No.15/2020.

Dewata nawa sangha dan astadala

Bali Small Is Beautiful pulau yang diyakini oleh umat Hindu Bali sebagai pulau tempat bersemayamnya para dewa maka disebut sebagai Pulau Dewata dimana pada  pesisir pantai Bali banyak dibangun Pura mengitari Pulau Bali.

Baca Juga...

Disamping untuk menjaga Bali dengan Dewata Nawa Sangha atau Nawadewata dan Astadalaning Taksu yang mengitari melindungi Pulau Bali juga dimaksudkan agar masyarakat Bali juga jangan hanya berdiam diri dipedalamam juga harus tinggal disepanjang pantai untuk menjalani kehidupan sekaligus menjaga pantai yang indah dengan lautnya yang kaya raya dengan kekayaan hasil lautnya yang berlimpah bagaikan sawah maha luas yang tidak perlu ditanami namun hasilnya sangat luar biasa dan berlebihan untuk memenuhi kebutuhan hidup sepuas puasnya.

Semestinya kekayaan laut Bali melalui pariwisatanya  dipergunakan sebesar besarnya untuk kesejahteraan dan kemakmuran masyara kat Bali utamanya para nelayan yang merupakan wong cilik kaum marhaen yang harus difasilitasi dan dibina serta diberdayakan. Sesuai  dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang dijiwai oleh keyakinan pada Dewata Nawa Sanga dan Astadalaning Taksu yang menjaga dan melindungi masyarakat dan pulau Bali Small Is Beautiful.

Diagram Matahari bergambar Dewata Nawa Sangha ditemukan dalam Surya Majapahit sebagai lambang kerajaan Majapahit. Dewata Nawa Sangha   merupakan Sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali  dimana dewa siwa berada di tengah yang dikelilingi oleh delapan dewa yang disetiap penjuru berstana para Dewa  dimana penguasa arah utara Dewa Wisnu berstana di Pura Batur, timur laut Dewa Sambu berstana di Pura Besakih,  timur Dewa Iswara berstana di Pura Lempuyang, tenggara Dewa Maheswara berstana di Pura Goa Lawah, selatan Dewa Brahma berstana di Pura Andakasa, barat daya Dewa Rudra berstana di Pura Uluwatu, barat daya Dewa Mahadewa berstana di pura Batukaru, barat laut Dewa Sangkara berstana di Pura Puncak Mangu.

Astadala merupakan delapan simbul sifat keagungan Tuhan Yang Maha Esa. Pada abad ke 16 datang Dang Hyang Nirarta yang di Bali berkat kesaktiannya banyak membantu masyarakat Bali sembuh dari grubug wabah penyakit.

Maka sebagai penghormatan beliau diberikan sebutan Ida Pedande Sakti Wawu Rawuh yang menambahkan symbol Dewata Nawa Sanga disetiap sudut menjadi Astadala yang menutupinya di tengah dengan Sang Hyang Tri Purusa.

Hendaknya bunga yang digunakan dalam persembahyangan mempergunakan bunga yang dipilih sesuai dengan Padma Astadala dan baunya yang harum.

Padma Astadala merupakan lambang perputaran alam, Bhuwana Agung sebagai stana Tuhan Yang Maha Esa dengan delapan penjuru angin dengan keseimbangan dan berkeadaan stabil sehingga menjadi sumber  kehidupan menuju  kedamaian, kesejahteraan dan kebahagiaan.

Makna filosofis Padma Astadala tercipta dalam Canang Sari yang merupakan simbul warna warna dari pengider ider Dewata Nawa Sangha yang termuat dalam lontar Dasaksara disebutkan timur warna putih berstana Dewa Iswara, Tenggara warna merah muda Dewa Mahesora, Selatan warna merah Dewa Brahma, Barat daya warna orange Dewa Rudra, Barat warna kuning Dewa Mahadewa, Barat laut warna hijau Dewa Sangkara, Utara warna hitam Dewa Wisnu, Timur Laut warna abu/biru Dewa Sambu, dan ditengah manca warna Dewa Siwa.

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.