Waduh! Tingkat Kemiskinan Berpotensi Makin Menjadi Akibat Pandemi

Jakarta – Pandemi Covid-19 benar-benar membawa musibah bagi banyak orang. Pembatasan sosial yang dilakukan membuat mobilitas masyarakat terhambat, mobilitas masyarakat yang terhambat membuat daya beli di market jadi berkurang. Pedagang kecil, pelaku UMKM, dan para karyawan mengalami kesulitan finansial pada akhirnya.

Berdasarkan Bank Dunia, angka kemiskinan di kawasan Asia Timur dan Pasifik pada 2020 berhenti menurun, yaitu diperkirakan 32 juta penduduk gagal keluar dari kemiskinan dengan garis kemiskinan berada di level USD 5,5 per harinya.

Di samping itu, Bank Dunia mencatat, adanya peningkatan ketidaksetaraan pada akses terhadap berbagai layanan sosial dan teknologi digital akibat pembatasan mobilitas dan pandemi.

Hal ini dibuktikan dengan fakta di sejumlah negara, yang mana dua per lima anak-anak dari rumah tangga termiskin memiliki 20% peluang lebih kecil untuk terlibat kegiatan belajar dibandingkan anak-anak pada seperlima rumah tangga terkaya.

Ibarat jatuh tertimpa tangga, angka kekerasan terhadap perempuan dalam rumah tangga turut meningkat di era pandemi. 35% responden di Laos dan 83% responden di Indonesia mengungkapkan tingkat kekerasan memburuk akibat pandemi.

Kemudian, masih terdapat banyak negara di Asia Timur dan Pasifik yang bantuannya lebih kecil dibandingkan jumlah pendapatan masyarakat yang hilang. Stimulus akhirnya belum bisa mengatasi lesunya permintaan.

Untuk mengatasi peliknya persoalan kemiskinan di era pandemi, 19th Economix International Seminar yang diadakan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) mengangkat topik “Paving Ways Out of Poverty: A Quest to Empower the World’s Underprivileged”, pada Senin, 14 Februari 2022.

Acara disiarkan secara langsung melalui Zoom dan channel Youtube Economix FEB UI. Segera daftarkan diri di economixfebui.com/international-seminar.

 

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.