Tekan Kemiskinan Ekstrim Lewat Permodalan, PNM Raih Penghargaan BUMN Berkinerja Terbaik dari The Asian Post
Jakarta— PT Permodalan Nasional Madani (PNM) untuk kesekian kalinya meraih penghargaan “State Owned Enterprise With Excellent Financial Performance in 2023” di acara The Asian Post BUMN Business Forum 2024.
Penghargaan BUMN Terbaik ini diberikan oleh The Asian Post, member of Infobank Media Group di Shangri-La Hotel, Jakarta, (3/10/2024).
Kontribusi pada ekonomi nasional dan penilaian atas kinerja keuangan yang baik menjadi dasar The Asian Post menyandangkan penghargaan kepada perusahaan pelat merah ini. Terlebih, PNM memiliki andil yang besar dalam menurunkan tingkat kemiskinan ekstrim yang menjadi perhatian pemerintah.
Direktur Utama PNM Arief Mulyadi mengatakan, sejak berdiri di tahun 2015, PNM memberikan akses pembiayaan produktif guna mengurangi angka kemiskinan.
“Tidak terasa hampir 10 tahun tugas ini kami laksanakan, sudah ada datanya bahwa tingkat kemiskinan ekstrim turun menjadi 0,83 persen dan tingkat kemiskinan secara keseluruhan sudah turun 1 digit ke angka 9,03 persen di Maret 2024,” kata Arief usai menerima penghargaan.
Arief menjelaskan, sebagai bagian dari Holding Ultra Mikro bersama BRI dan Pegadaian, pihaknya masih fokus menyalurkan pembiayaan produktif melalui program Mekaar.
Hingga Agustus tahun ini, PNM telah mengucurkan pembiayaan sekitar Rp288 triliun. Khusus di program Mekaar, permodalan itu disalurkan kepada 20,6 juta masyarakat miskin, yakni kaum perempuan.
“Itu akumulasi karena ada nasabah yang naik kelas. Ada 1,7 juta sudah naik kelas ke BRI dan Pegadaian, ada yang meninggal 300.000, dan ada yang berhenti karena mungkin keluarganya pindah,” terang Arief.
Sementara, di periode yang sama PNM mencatat outstanding nasabah yang masih aktif sebanyak 16,5 juta nasabah. Angka tersebut terus naik secara periodik, di mana pada Desember 2023 sebanyak 14,8 juta nasabah.
“Sedangkan [nilai penyaluran] di Januari 2024 saat Presiden sampaikan itu ada Rp244 triliun, sekarang sudah Rp288 triliun. Jadi meningkat Rp44 triliun dari Januari sampai sekarang. Kalau year on year tumbuh sekitar 12 persen, sedangkan outstanding Mekaar tumbuh 45,9 persen,” jelasnya.
Arief menambahkan, sebanyak 1,7 juta nasabah Mekaar telah naik kelas menjadi nasabah BRI. Tercatat, 433.000 nasabah atau separuh dari ketua kelompok program Mekaar telah menjadi agen BRILink. Hal ini menjadi ujung tombak dalam upaya meningkatkan inklusi keuangan.
Di satu sisi, pihaknya juga berencana untuk kembali mengkaji program ULaMM. Ia berencana untuk menjadikan ULaMM berbasis tanggung renteng, sistem yang sama diterapkan seperti program Mekaar.
“So far masih terus kita kaji karena kita akan tingkatkan ULaaM seperti Mekaar sebagai sebuah pembiayaan kelompok. Sekarang 7-8 persen dari total portofolio, masih besar yang Mekaar,” pungkasnya. (*) Ranu Arasyki Lubis