Tak Hanya BPR, UKM Juga Ngebet Go Public

Bandung — Wacana mencari dana segar di bursa dengan melakukan pencatatan saham perdana (initial public offering/IPO) atau go public semakin menjadi tren. Tak hanya BPR, UKM juga sedang demam go public.

Usaha kecil menengah (UKM) menghadapi masalah yang sama dengan BPR, yakni soal permodalan. Modal mereka sama-sama cekak. Selama ini, baik BPR maupun UKM mengandalkan kucuran modal dari perbankan.

Kini, setelah dalam beberapa tahun tetakhir otoritas bursa gencar menyosialisasikan manfaat dan kemudahan mencari pendanaan di pasar modal, BPR maupun UKM semakin melek dengan peluang ini.

Seperti dalam dua forum diskusi terkait peluang BPR go public yang diselenggarakan oleh Infobank media group, antusiasme praktisi BPR untuk membawa BPR-nya go public sangat tinggi. Mereka sudah tidak sabar untuk melantai di bursa, tentu setelah UU No 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diamandemen.

Para pelaku UKM juga tak kalah antusias untuk membawa perusahaannya melantai di bursa. Seperti pada acara “HIPMI Jabar Investment Festival” yang digelar oleh Bidang 2 BPD HIPMI Jawa Barat (Jabar) di Bandung pada Kamis, 16 Juni 2022 lalu, banyak diikuti pelaku UKM.

Berkolaborasi dengan Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Jabar, acara HIPMI Jabar Investment Festival terdiri dari rangkaian kegiatan, seperti Sekolah Pasar Modal, Workshop Go Public (Road To IPO), Private Coaching Clinic (IPO Academy), dan Peresmian Galeri Investasi HIPMI Jabar.

Untuk event pekan lalu, kegiatan yang dilakukan adalah Sekolah Pasar Modal dan Workshop Go Public. Kedua kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 200 peserta individu secara hybrid baik online maupun offline, serta diikuti oleh 30 perusahaan yang siap dan memiliki rencana untuk IPO dalam waktu dekat.

“Antusias peserta sangat luar biasa untuk mendalami pasar modal, banyak yang datang dari luar kota Bandung,” ujar Muhammad Reza Alkhawarismi, Ketua Kompartemen Investasi UKM, yang juga Ketua OC HIPMI Jabar Investment Festival dan CEO HIPMI Jabar Investment & Loan Corner, dalam rilis yang diterima The Asian Post, hari ini.

Kata Reza, program ini bertujuan membantu pengusaha di HIPMI Jabar untuk mendapatkan akses permodalan melalui IPO di pasar modal dengan memfasilitasi mereka untuk bertemu dengan profesi penunjang pasar modal terbaik mulai dari underwriter, auditor, konsultan hukum dan notaris, penilai independen, dan biro administrasi efek.

“Kami juga akan membantu transformasi perusahaannya untuk menjadi perusahaan besar yang lebih proper dengan go public,” tambah M. Fardi N. Annafi, Ketua Bidang 2 BPD HIPMI Jabar.

Saat ini, kata dia, semakin banyak perusahaan yang semakin teredukasi, bahwa permodalan tidak hanya dari perbankan, tetapi juga dari pasar modal.

“Saat ini ada tiga perusahaan yang merupakan anggota HIPMI Jabar yang serius dan bersiap melakukan IPO. Ketiganya bergerak di industri tekstil,” sebut Fardi.

Ketua Umum BPD HIPMI Jabar, Surya Batara Kartika, menyatakan, HIPMI dapat bertindak sebagai supply dan demand di pasar modal. “Di sisi supply HIPMI memberikan dorongan terhadap pengusaha-pengusaha muda di Jawa Barat untuk segera IPO,” ujar Surya.

Sedangkan di sisi demand, kata dia, minat para pengusaha muda yaitu untuk berinvestasi dan membeli perusahaan-perusahaan yang sudah IPO pun cukup besar. “Jadi HIPMI dapat memberikan kontribusi besar pada pasar modal di Indonesia,” tegas Surya.

Saat ini, jumlah investor pasar modal, khususnya saham, di Jabar mengalami pertumbuhan pesat. Selama tahun 2021, terjadi pertumbuhan sebesar 153%, sedangkan investor saham nasional tumbuh 103%. Saat ini, dari 267 ribu investor naik menjadi 765 ribu investor saham. Sedangkan pada 2022, hingga Juni sudah menembus 800 ribu investor. (*)

Editor: Darto Wiryosukarto

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.