Sowan ke Mega, Strategi Cerdas Prabowo Memenangkan Pertarungan Tanpa Bertempur

Jakarta— Kunjungan Presiden Prabowo Subianto ke rumah Megawati Soekarnoputri dinilai sebagai langkah rekonsilasi politik.

Ini langkah cerdas. Dalam perspektif Sun Tzu, Prabowo berhasil “Menang Tanpa Bertempur”.

Penilaian tersebut disampaikan oleh budayawan asal Semarang, Benny Benke, “membaca” kunjungan Prabowo ke rumah Megawati pada Senin (7/4) lalu.

Prabowo meski posisinya sebagai presiden, kata Benny, mengabaikan fatsoen dengan “turun” mengunjungi Megawati, warganya yang seorang ketua parpol.

“Langkah politik Prabowo ini bisa dibaca sebagai langkah rekonsiliasi politik. Sekaligus sebentuk penghormatan kepada nilai senioritas,” ujarnya.

Langkah ini, lanjut dia, sekaligus menunjukkan kecerdasan simbolik Prabowo sebagai manusia. Dengan berbesar hati, presiden justru menguasai narasi bahwa ia pemimpin yang inklusif, bukan tersandera oleh ego jabatan.

“Jika presiden merasa pertemuan itu menguntungkan secara strategis, misalnya, meredam konflik atau mendapat dukungan, maka ‘melanggar’ protokol justru menunjukkan kelincahan dan keluwesan cara berpolitiknya,” paparnya.

Secara real politik, kata dia, langkah Prabowo adalah langkah cerdas untuk menjaga harmoni dan mengamankan agenda pemerintahan.

“Dalam perspektif Sun Tzu, strategi ‘Menang Tanpa Bertempur’ menekankan bahwa kemenangan terbesar adalah ketika musuh menyerah tanpa perlawanan. Prabowo sedang berusaha mendekati ‘musuhnya’ jauh lebih dekat daripada kawan politiknya,” ujarnya.

Dengan mengunjunginya, kata dia, Prabowo sedang menetralisir potensi konflik sebelum jadi ancaman. Sekaligus menerapkan teori menyerang strategi musuh lebih baik daripada menyerang pasukannya.

“Alih-alih bersitegang dengan PDIP yang mempunyai basis massa kuat, Prabowo memilih mendapatkan legitimasi dari dalam, dengan menunjukkan penghormatan, ia melemahkan narasi oposisi bahwa dia anti-Megawati. Kunjungan ini menegaskan manuver psikologis. Dengan ‘tunduk secara simbolik’, Prabowo justru menguasai narasi,” urainya.

Turunannya, lanjut dia, publik melihat langkahnya sebagai pemimpin rendah hati. Yang secara tidak langsung membuat PDIP kesulitan memosisikan diri sebagai oposisi keras jika pemimpinnya dihormati langsung, atau “dipangku”.

Dengan memberi penghormatan, kata dia, Prabowo justru mengubah Megawati dari ancaman menjadi pendukung implisit.

“Jadi, langkah Prabowo ini bukan sebentuk kelemahan, kebalikannya malah sebentuk kecanggihan berpolitiknya. Sekaligus bukti kelapangan hatinya yang acap disalahpahami kawan dan lawan politiknya,” ujarnya. (DW)

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.