Jakarta — Satu per satu kebusukan Silicon Valley Bank (SVB) mulai terkuak. Ternyata, para eksekutif di bank asal California AS itu sejak tahun 2021 mulai melepas kepemilikan sahamnya di SVB.
Mereka sepertinya tahu akan terjadi seperti sekarang ini. Mereka sadar, pinjaman besar ke start-up akan jadi bom waktu. Jadi, sebelum meledak, mereka take profit dulu. Kan sontoloyo!
Seperti diberitakan CNBC, Kamis (16/3), CEO SVB Greg Becker telah melepas saham miliknya hampir US$30 juta atau setara dengan Rp460,50 miliar (asumsi kurs Rp15.350/US$) sejak dua tahun terakhir.
Becker melepas sahamnya secara bertahap. Pada 2021 dia menjual US$25,9 juta (Rp397,56 miliar). Pada 27 Februari 2023, atau beberapa hari sebelum bank mengumumkan keruntuhan spektakulernya, dia menjual lagi saham sebesar US$3,6 juta (Rp55,26 miliar).
Bener-bener sontoloyo si Becker ini. Ibarat kapal mau karam, sebagai nakhoda dia malah melepas kapal penyelamat dan kabur, alih-alih bertahan sampai titik darah terakhir.
Becker diketahui menjual saham SVB di rentang US$287/saham hingga US$598/saham. Dia juga membeli opsi di harga pelaksanaan yang lebih rendah. Ini dilakukan demi mempertahankan porsi kepemilikan sahamnya. Sontoloyo bener.
Tak hanya Becker. Klangan C-suite SVB lainnya, termasuk Chief Marketing Officer (CMO) Michelle Draper, Chief Financial Offifer (CFO) Daniel Beck, dan Chief Operating Officer (COO) Philip Cox, juga menjual saham senilai jutaan dolar AS sejak 2021.
Kalau ditotal jenderal, eksekutif dan direktur SVB telah melepas saham senilai US$84 juta (Rp1,29 triliun) selama 2 tahun terakhir. Bener-bener sontoloyo ya?
Penjualan saham seperti yang dilakukan Becker dan eksekutif lainnya sebetulnya merupakan bagian dari program terjadwal, yang dikenal dengan istilah “10b5-1 plan”. Program ini diajukan pada 26 Januari 2023, berdasarkan data pengajuan Securities and Exchange Commission (SEC) atau OJK-nya AS.
Dengan program ini, memungkinkan seseorang untuk lebih dulu menjadwalkan penjualan saham demi mengurangi kekhawatiran atas perdagangan saham karena adanya informasi orang dalam.
Ketua SEC Gary Gensler menyebut, skema tersebut seringkali disalahgunakan. Seseorang kadang langsung menjual tepat usai mengajukan rencana, atau membuat rencana jual saling tumpang-tindih.
SEC pun kemudian membuat aturan baru, yang efektif sejak 27 Februari 2023 dan berlaku untuk setiap rencana atau plan yang diajukan per 1 April mendatang. Aturan tersebut mencakup lebih banyak pengungkapan, transparansi, dan jadwal waktu untuk penjualan terjadwal.
Selain itu, aturan ini juga memberlakukan “periode pendinginan” (cooling off period) selama 90 hari antara tanggal pengajuan dan penjualan saham pertama kali.
Dengan aturan baru ini, penjualan saham Becker di muka, yang dilakukan hanya sebulan usai pengajuan plan, sebetulnya tidak akan diizinkan oleh otoritas.
Selain perkara penjualan saham, Becker dan para eksekutif SVB lainnya juga dikabarkan menerima bonus tahunan pada Jumat pekan lalu, hanya beberapa jam sebelum regulator resmi menutup SVB. Asli, ini sontoloyo bener. DW