Serem! NASA Nyatakan Juli sebagai Bulan Terpanas Dalam Ribuan Tahun

Jakarta – Lembaga antariksa Amerika Serikat (AS), NASA, memprediksi bahwa bulan Juli ini kemungkinan bakal menjadi bulan terpanas di bumi sejak ratusan bahkan ribuan tahun lalu. Menurut NASA, cuaca panas sangat ekstrem ini dipicu oleh gelombang panas yang terjadi terus menerus pada sejumlah bagian bumi.

Informasi tersebut disampaikan langsung oleh Direktur Institut Studi Antariksa Goddard NASA, Gavin Schmidt, selama pertemuannya dengan pakar iklim dan pemimpin lainnya di Markas Besar NASA, Washington, Kamis, 20 Juli 2023. Para peneliti yang berkumpul salah di antaranya yakni administrator NASA Bill Nelson dan kepala ilmuwan serta penasihat iklim senior Kate Calvin.

“Kami melihat perubahan yang belum pernah terjadi sebelumnya di seluruh dunia,” ujar Schmidt seperti dikutip dari The Guardian, Jumat, 20 Juli 2023.

“Meskipun perubahan itu mungkin terasa mengejutkan, itu bukan kejutan bagi para ilmuwan. Telah terjadi peningkatan suhu satu dekade ke dekade selama empat dekade terakhir,” tambahnya.

Prediksi ini terjadi saat beberapa bagian dunia mengalami rekor suhu tertinggi. Bahkan, situasi ini telah menimbulkan petaka baru seperti kebakaran hutan dan banjir bandang.

Italia menempatkan 23 kota dalam siaga merah karena memperhitungkan hari lain suhu panas pada hari Rabu. Gelombang panas telah melanda Eropa selatan selama puncak musim turis musim panas, memecahkan rekor dan membawa peringatan tentang peningkatan risiko kematian.

Kebakaran hutan terjadi pada hari ketiga di sebelah barat ibu kota Yunani, Athena. Petugas pemadam kebakaran berupaya untuk memadamkan api yang bersumber dari kilang minyak yang berlokasi di pesisir.

Cuaca ekstrim juga mengganggu kehidupan jutaan warga Amerika Serikat (AS). Gelombang panas menghantam California Selatan sampai wilayah Selatan AS lainnya. Kota Phoenix, contohnya, telah merasakan gelombang panas di hari ke-20 berturut-turut dengan suhu 110 derajat Fahrenheit atau lebih tinggi.

Situasi yang sama turut dirasakan di Asia. Suhu udara Beijing tercatat telah mencapai rekor di atas 95 Fahrenheit selama 28 hari berturut-turut.

Di Korea Selatan, hujan lebat mengguyur wilayah tengah dan selatan sejak minggu lalu. Di kota Cheongju, terdapat 14 korban tewas akibat selusin lebih kendaraan terendam ketika tanggul sungai runtuh Sabtu lalu. Di provinsi Gyeongsang Utara, 22 orang tewas akibat tanah longsor dan aliran air yang deras.

Di India utara, banjir bandang, tanah longsor, dan kecelakaan akibat hujan deras telah menewaskan lebih dari 100 orang sejak awal musim hujan pada 1 Juni, di mana curah hujan 41% di atas rata-rata.

“Semua panas ini, pasti meningkatkan peluang bahwa 2023 akan menjadi tahun terpanas dalam catatan. Sementara perhitungannya menunjukkan Bumi memiliki peluang 50% untuk membuat rekor itu tahun ini. Data lain mengatakan ada peluang sebanyak 80%,” tambah Schmidt.

Para ahli pada pertemuan tersebut memperingatkan tentang perubahan yang dialami Bumi dan mengatakan bahwa perubahan tersebut terkait langsung dengan emisi gas rumah kaca, meskipun mereka tidak menyebutkan sumber dari sebagian besar emisi tersebut, yang adalah bahan bakar fosil.

“Apa yang kita ketahui dari sains adalah bahwa aktivitas manusia dan terutama emisi gas rumah kaca tidak dapat dihindari menyebabkan pemanasan yang kita lihat di planet kita,” ucap Calvin. “Ini berdampak pada manusia dan ekosistem di seluruh dunia.” SW

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.