Sektor Pertanian Ambles, Ekonom Senior Ini Beberkan Hal Penting yang Patut Diwaspadai

Jakarta– Kontribusi industri domestik menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik sepanjang triwulan I/2024 terhadap product domestic bruto (PDB), kendati peningkatannya tak begitu memuaskan.

Namun, di antara semua sektor yang surplus, perkembangan industri pangan justru mengalami kontraksi dan makin mengkhawatirkan.

Pengamat Ekonomi sekaligus Mantan Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro menjelaskan, pertumbuhan industri pertanian yang merosot hingga minus 3,54% menjadi hal yang harus diwaspadai. Menurutnya, hal ini akan langsung mengancam inflasi keseluruhan. Jika terus dibiarkan, maka negara akan membutuhkan devisa untuk mencukupi kebutuhan komoditas pangan melalui jalur impor.

“Manufaktur tumbuh 4,13% tapi kita berharap lebih. Yang jadi warning adalah agriculture kita di triwulan I/2024 mengalami kontraksi. Itu juga menjelaskan kenapa terjadi inflasi harga pangan yang lumayan tinggi. Apakah karena El Nino atau sebab lain. Tapi intinya ini yang harus diwaspadai karena ini akan langsung mengancam inflasi. Omatis kita akan butuh devisa karena kita harus impor sebagian komoditas yang menjadi kebutuhan pangan. Termasuk impor beras,” papar Bambang di acara Infobank-Backbase Leadership Banking Insights Forum 2024 di Hotel Kempinski Jakarta, Kamis (18/7/2024).

Bambang menyebut, kendati inflasi inti domestik berada di rentang 2-3% secara tahunan, tapi inflasi komponen volatil food masih terpantau tinggi.

Bahkan inflasi harga pangan hampir menyentuh 10%, di saat inflasi inti stabil. Komponen yang paling dominan memengaruhi kenaikan inflasi pangan ialah beras, cabai merah paprika, dan bawang merah.

Melonjaknya harga pangan di tingkat pasar akan memengaruhi daya beli masyarakat. Utamanya mereka yang berada di kelas masyarakat menengah ke bawah, sehingga serapan atas industri konsumsi barang dan jasa menjadi rendah.

“Inflasi harga pangan bergejolak. Ketika inflasi headlinenya 2-3%, sedangkan inflasi harga pangannya hampir 10%. Dan itu ketika harga pangannya tinggi langsung berpengaruh terhadap daya beli kelompok menengah, expiring, apalagi yang lower class. Tetapi yang lower itu tertolong dengan Bansos. Yang tidak tertolong dengan Bansos yaitu expired middle class dan lower middle income class. Ini yang daya belinya terpengaruh,” jelasnya.

Menurunnya daya beli akan berpotensi menurunkan permintaan kredit konsumsi dan turut mengerek rasio kredit bermasalah (net performing loan/NPL).

Adapun, lanjutnya, tingkat inflasi pada komponen inti secara tahunan memang mengalami penurunan dibandingkan bulan sebelumnya. Komoditas penyumbang inflasi inti pada Juni 2024, di antaranya emas perhiasan, gula pasir, dan nasi dengan lauk pauknya.

Demikian dengan tingkat inflasi tahunan pada komponen harga adm yang terpantau masih baik. Komoditas yang dominan menyumbang inflasi ini adalah Sigaret Kretek Mesin (SKM), angkutan udara tarif, dan rokok kretek tangan (SKT). (*) Ranu Arasyki Lubis

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.