Sebanyak 51 Persen Tenaga Kerja Lulusan SD, Jokowi: Perlu Upgrade Total

THE ASIAN POST, JAKARTA ― Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, persoalan pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang harus segera diatasi adalah rendahnya pendidikan tenaga kerja Indonesia.

Data terakhir, menurut Presiden, tenaga kerja Indonesia 51 persen merupakan lulusan SD (Sekolah Dasar).

“Ini persoalan yang harus kita selesaikan, bagaimana mereka upscaling atau rescaling harus dilakukan besar-besaran,” kata Presiden saat memberikan sambutan pada Pembukaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional (Musrenbangnas) Tahun 2019, di Shangri-La, Kota BNI, Jakarta Pusat, Kamis (9/5).

Menurut Jokowi, peningkatan kualitas lulusan itu tidak bisa dilakukan hanya kepada 10 ribu, atau 100 ribu orang, melainkan jutaan tenaga kerja

Karenanya, menurut Presiden, pemerintah pusat, pemerintah provinsi, pemerintah kabupaten/kota, semuanya harus berbondong-bondong bersama menyelesaikan masalah ini.

Ia memberikan contoh seperti training-training, pelatihan-pelatihan, agar skill/keterampilan anak-anak, agar tenaga kerja menjadi lebih baik.

“Ini terus kita rapatkan agar betul-betul kita bisa berikan beasiswa bukan hanya puluhan ribu atau ratusan ribu, jutaan kepada mahasiswa-mahasiswa, anak-anak kita untuk bisa sekolah, baik dalam negeri maupun luar negeri sebanyak-banyaknya,” tegasnya.

Sehingga, kelak, kata Presiden, Indonesia bisa mengejar negara-negara lain  di bidang sains, teknologi, atau matematik.

Daerah, lanjut Presiden, juga bisa melakukan hal yang sama.

Menurut Presiden, daerah memiliki anggaran yang bisa memberikan beasiswa.

Baca Juga...

“Misalnya dari Provinsi Papua, memberi beasiswa sebanyak-banyaknya untuk anak-anak Indonesia bagian timur, baik di dalam negeri maupun ke luar negeri,” katanya.

Provinsi-provinsi yang lain juga bisa melakukan hal yang sama, kabupaten dan kota juga bisa melakukan hal yang sama.

Di bidang kesehatan, Presiden Jokowi menegaskan, jangan sampai lima tahun ke depan masih terdengar masalah, stunting, gizi buruk, kematian ibu dan anak yang masih tinggi.

“Ini juga persoalan besar yang harus kita selesaikan bersama-sama,” ucapnya. []

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.