
Sebuah pernyataan yang cukup absurd keluar dari mulut seorang pejabat Tiongkok. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok, Hua Chunying, mengatakan bahwa Taiwan adalah bagian dari Republik Rakyat Tiongkok karena ada banyak chinese restoran di Taiwan. Sontak, pernyataan yang dikeluarkan oleh Chunying di Twitter tersebut menarik banyak komentar dari netizen.
“Baidu Maps memperlihatkan bahwa terdapat 38 restoran pangsit Shandong dan 67 restoran mie Shanxi di Taipei. Selera tak bisa berbohong. Taiwan selalu menjadi bagian dari Tiongkok. Sang anak kecil yang lama tersesat akhirnya akan kembali pulang,” ketik Chunying di Twitter, seperti dikutip dari VICE World News, Rabu (10/8).
Salah satu komentar mengatakan: “Terdapat 8.500 lebih gerai KFC di Tiongkok. Selera tidak berbohong. Tiongkok selalu menjadi bagian dari Kentucky. Sang anak kecil yang lama tersesat akhirnya akan kembali pulang,” ketik Morgan Ortagus pada akun Twitternya, seperti dikutip dari VICE World News.
Salah satu komentar lainnya datang dari Jurnalis berdarah Amerika – Taiwan, Clarissa Wei: “Hal serupa yakni mengatakan bahwa Amerika Serikat adalah milik Inggris Raya, karena mereka berbicara menggunakan bahasa Inggris, dan memiliki banyak restoran ikan dan kentang.”
Walaupun mendapatkan banyak cemoohan di media sosial, Chunying juga mendapatkan dukungan dari netizen dalam negeri.
“Kita semua menunggu Taiwan untuk kembali pulang ke rumah (Republik Rakyat Tiongkok),” ujar salah satu pengguna akun media sosial mirip Twitter, Weibo.
Di samping itu, banyak pengguna media sosial Tiongkok yang kagum dengan puluhan nama jalan di Taiwan yang menggunakan nama-nama kota di Tiongkok. Mereka mengatakan, ini adalah tanda bahwa rakyat negara pulau tersebut sangat rindu untuk menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok.
“Orang Taiwan adalah orang Cina, karena budaya kita adalah budaya Cina. Namun, menjadi orang Cina secara budaya dan etnisitas bukan berarti kita menjadi bagian dari Republik Rakyat Tiongkok,” Clarissa Wei menegaskan.
Sementara itu, Asisten Profesor Sejarah Asia Timur dari Universitas Trinity di San Antonio, Gina Anne Tam, menjelaskan, pernyataan yang dikeluarkan Chunying hanya bertujuan untuk menggelorakan semangat kesatuan pada masyarakat Republik Rakyat Tiongkok.
“Strateginya sangat emosional. Untuk kabur dari kondisi nyata dengan menggunakan sensitivitas emosional yang samar,” kata Gina, seperti dikutip dari VICE World News.
Sebagai informasi, hanya 1,3% rakyat Taiwan yang menginginkan unifikasi. Sementara sisanya menginginkan pemerintahan yang independen seperti saat ini. Masyarakat Taiwan memang adalah masyarakat yang memiliki praktik kebudayaan Cina yang kuat. Chinese food sangat diapresiasi oleh segenap masyarakat di negara besutan Partai Nasionalis tersebut. Pernyataan Chunying pada dasarnya adalah efek lanjutan dari kunjungan yang dilakukan Juru Bicara Parlemen AS Nancy Pelosi ke Taiwan minggu lalu.
Pelosi termasuk pejabat AS senior yang mengunjungi pulau tersebut sejak 25 tahun terakhir. Sebuah perjalanan diplomasi yang Tiongkok pandang sebagai penyulut konflik di wilayah kedaulatannya.
Penulis: Steven Widjaja
Sumber: VICE World News / Rachel Cheung