Pak Prabowo, Hati-Hati Soal Relokasi Gaza, Ini Jalan Neraka Dibungkus Niat Mulia

Jakarta — Ini peringatan kritis dan keras dari Prof. Dr. Nadirsyah Hosen, kiai NU yang juga akademisi Melbourne University, terkait ide relokasi warga Gaza ke Indonesia oleh Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Menurut Nadirsyah, gagasan mengevakuasi warga Gaza ke Indonesia terdengar mulia. “Tapi jangan lupa: jalan ke neraka sering dibentangkan dengan niat baik,” tulis Nadirsyah seperti dikutip The Asian Post dari akun FB-nya, Sabtu (12/4).

Rencana ini, kata Nadirsyah, berisiko memberi legitimasi pada ambisi lama Israel —mengosongkan Gaza dari penduduknya secara permanen. Jika mereka sudah keluar, apa jaminan bisa kembali?

“Evakuasi bisa menjadi gerbang relokasi, dan relokasi menjadi pengusiran yang dilegalkan,” tegasnya.

Yang lebih mengkhawatirkan, lanjut dia, rencana ini tercium sebagai modus ekonomi Prabowo untuk mendekati Trump. Setelah AS menaikkan tarif produk Indonesia hingga 32%, isu Gaza bisa dijadikan “kartu pengorbanan” demi melunakkan Washington.

“Tapi ini taruhan besar. Dengan ekonomi nasional yang goyah—defisit anggaran, PHK massal, pemotongan di sana-sini—menggelontorkan dana besar untuk operasi pengungsian bukan hanya tidak realistis, tapi juga rawan ditolak publik,” paparnya.

Di dalam negeri, kata dia, PBNU pun tampak gagap membaca peta geopolitik. Gus Yahya (Ketum PBNU) dan sebelumnya Gus Fahrur mendukung evakuasi sementara. Sementara, Gus Ulil justru menolak relokasi permanen.

“PBNU tampaknya lupa: begitu warga Gaza dipindahkan, ‘sementara’ bisa berubah menjadi selamanya. Dalam geopolitik, tak ada yang benar-benar temporer kalau tanahmu ditinggalkan, lalu diambil orang lain saat kau ingin kembali. Ini blunder,” tegasnya.

Nadirsyah mengingatkan nasib pengungsi Rohingya ditolak di Aceh karena adanya benturan budaya. Bagaimana nanti nasib warga Gaza?

“Ini bukan sekadar isu kemanusiaan, tapi jebakan budaya, politik dan ekonomi,” katanya.

Prabowo, kata dia, berharap isu Gaza jadi pintu diplomasi ekonomi, tapi dengan harga: memindahkan luka Palestina ke tanah kita, lalu membungkusnya sebagai solidaritas. Sementara PBNU dua kali terjebak: oleh solusi semu Trump, dan oleh ambisi ekonomi-politik Prabowo sendiri.

“Apa yang kita saksikan saat ini bukan sekadar kebijakan luar negeri. Ini adalah drama geopolitik yang melibatkan nyawa manusia, reputasi bangsa, dan harga diri sejarah. Jika tak dibaca dengan jernih dan tegas, kita akan tercatat bukan sebagai pelindung, tapi sebagai pelancar eksodus terbesar abad ini,” tutupnya. DW

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.