Munafik! Sejumlah Negara Arab Malah Bantu Israel Hadapi Iran, Di mana Posisi Indonesia?
Jakarta— Konflik di Kawasan Timur Tengah semakin memanas pasca penyerangan yang dilakukan Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) terhadap pangkalan udara dan infrastruktur Israel.
Sekitar 180 rudal hipersonik yang ditembakkan menghujani langit-langit Israel pada malam hari, Selasa (1/10/2024). Tidak sedikit dari ratusan rudal itu yang berhasil menembus pertahanan iron dome.
Akibatnya, pangkalan militer Nevatim mengalami kerusakan. Demikian dengan ratusan bangunan di daerah Hod Hasharon yang terletak di utara Tel Aviv mengalami kondisi yang sama.
Anehnya, di balik serangan tersebut, ternyata Yordania turut membantu Israel dalam mencegat rudal dan pesawat nirawak milik Iran yang menuju Israel.
Direktorat Keamanan Publik Yordania mengonfirmasi bahwa sistem pertahanan udaranya mencegat rudal dan pesawat nirawak Iran yang menuju Israel.
“Angkatan Udara Kerajaan Yordania dan sistem pertahanan udara menanggapi sejumlah rudal dan pesawat nirawak yang memasuki wilayah udara Yordania,” bunyi pernyataan tersebut, dikutip Sabtu (5/10/2024).
Sebelumnya, Raja Yordania Abdullah II beralasan bahwa ia tidak ingin negaranya menjadi panggung perang regional. Ia berkomitmen untuk menjunjung tinggi keamanan dan kedaulatan di atas segala pertimbangan lainnya.
Upaya Yordania menjegal rudal Iran membuat publik menjadi geram. Bahkan, desas-desus mengenai adanya peran Amerika Serikat (AS) ‘dibalik layar’ kembali mencuat, baik di kanal-kanal berita maupun media sosial. Yordania disebut-sebut menerima dana bantuan militer dari AS senilai lebih dari US$ 1 miliar atau setara Rp15 triliun per tahun.
Negara Arab Dukung Israel?
Tak hanya Yordania, di pertengahan 2024, Wall Street Journal menyebutkan, setidaknya 7 negara Teluk ikut memberikan informasi ke Amerika Serikat (AS) terkait serangan rudal hipersonik Iran. Dua di antaranya adalah Arab Saudi dan Uni Emirat Arab UEA.
Dalam laporan itu dikatakan, kerja sama ini dipelopori oleh AS, yang selama bertahun-tahun berupaya membentuk kemitraan militer informal untuk melawan ancaman dari Iran.
“Sejumlah negara Teluk memberikan informasi penting yang merupakan kunci keberhasilan langkah-langkah pertahanan udara yang hampir seluruhnya menggagalkan serangan besar-besaran tersebut,” terang pejabat Saudi, AS, dan Mesir, kepada Wall Street Journal, dikutip Jumat (5/10/2024).
Laporan tersebut juga menyebutkan bahwa Arab Saudi dan Uni Emirat Arab setuju untuk menyampaikan informasi intelijen secara pribadi. Sementara Yordania setuju untuk membiarkan AS dan pesawat tempur negara lain menggunakan wilayah udaranya. Yordania juga mengatakan akan menggunakan jetnya sendiri untuk mencegat rudal dan drone.
Selain di bidang militer dan intelijen, negara-negara Arab seperti Arab Saudi, Irak, Mesir, Qatar, dan UEA diketahui telah lama berbisnis dengan Israel. Mereka secara kolektif memiliki The Arab Petroleum Pipeline Company (pipa SUMED), yang berkantor pusat di Alexandria, Mesir. Hingga saat ini pun negara-negara arab tersebut masih memasok minyak mentah ke Israel. Bahkan, saat di saat Israel melakukan genosida di Gaza.
Data dari Oil Change International menjelaskan, sebuah kelompok advokasi dan energi bersih independen, pipa Sumed, yang membentang dari Laut Merah ke kota pelabuhan Mediterania di Mesir, Alexandria, menyediakan pasokan minyak dalam jumlah kecil namun “teratur” ke Israel.
Posisi Indonesia
Di tengah inkonsistensi sikap politik dan kemunafikan dari negara-negara Arab itu, Indonesia masih tetap menjadi salah satu dari ratusan negara yang menentang berdirinya Israel. Lebih-lebih, dengan pendudukan yang dilakukannya atas Palestina.
Sejak masa Soekarno hingga pemerintahan Joko Widodo, Indonesia selalu berdiri di garis terdepan, mengecam keras tindakan aggressor yang terus menerus dilakukan zionis Israel kepada pemukiman di Gaza. Penolakan berdirinya negara Israel sudah dari dulu dilakukan, bukan hanya pemerintah, tapi juga dari masyarakat. Bantuan yang diberikan untuk mendukung Palestina, baik berupa uang, fasilitas medis, makanan/minuman, hingga tenaga hampir tak terhitung banyaknya.
Pemerintah melalui Kementerian Luar Negeri juga sudah berulang kali menentang eksistensi dan agresi militer Israel melalui forum-forum internasional. Sementara di lain pihak, beberapa negara-negara Arab justru ‘berpangku mesra’ dengan Israel secara sembunyi-sembunyi. (*) RAL