Libanon Akan Terapkan Jam Malam Untuk Kendalikan Lonjakan Covid-19

Jakarta – Warga Libanon akan dilarang meninggalkan rumah mereka dari jam 5 sore pada Kamis mendatang, kecuali untuk beberapa hal, demi mengendalikan lonjakan kasus Covid-19. Mereka tidak akan dapat berbelanja di supermarket dan akan sepenuhnya bergantung pada layanan pesan antar untuk memenuhi kebutuhan makanan mereka. Sementara itu, satu-satunya bandara di Libanon akan tetap beroperasi, meskipun jumlah penumpang maskapai akan dibatasi.

Pemerintah Libanon mengatakan bahwa tanpa tindakan penanganan yang serius, sistem kesehatan Libanon yang rapuh tak akan sanggup menangani pasien Covid-19 dengan baik. Meskipun begitu, Libanon hingga kini menjadi salah satu negara dengan penanganan pandemi Covid-19 cukup baik dibanding negara lainnya di Timur Tengah. Di tengah peningkatan kasus Covid-19, pemerintah Libanon melakukan pelonggaran pembatasan sosial ketika masa liburan natal dan tahun baru 2021. Pelonggaran pembatasan sosial ini dilancarkan oleh pemerintah Libanon untuk membangkitkan kembali perekonomian Libanon yang sedang menurun. Dan akibat pelonggaran ini, Libanon saat ini mengalami pelonjakan kasus yang luar biasa.

Libanon yang memiliki populasi 6 juta penduduk ini telah melaporkan kasus infeksi Covid-19 sebanyak 222.000, dengan 1.629 jumlah kematian sejak pandemi Covid-19 merebak di Libanon pertama kali. Namun, pada minggu lalu, tercatat ada 30.250 kasus positif Covid-19 dan sebanyak 117 pasien positif meninggal dunia, berdasarkan data dari Johns Hopkins University. “Kita telah melihat pemandangan mengerikan masyarakat mengantri di depan rumah sakit untuk mendapatkan kursi atau ranjang,” ujar Presiden Libanon Michel Aoun, saat rapat Dewan Pertahanan Tertinggi Libanon, Senin malam.

Ia menambahkan bahwa kebijakan penanganan pandemi secara radikal harus dilakukan, sehingga konsekuensi dari pandemi Covid-19 bisa dicegah semaksimal mungkin. Kemudian, Perdana Menteri Sementara Libanon Hassan Diab menyatakan bahwa lonjakan kasus positif Covid-19 disebabkan oleh sifat keras kepala dan tak patuh dari masyarakat Libanon terhadap kebijakan pengendalian pandemi Covid-19, walaupun ia menambahkan lagi bahwa penegakkan kebijakan pengendalian pandemi Covid-19 tidak setara dengan level risiko yang ditimbulkan dari pandemi Covid-19.

Supermarket, toko roti, dan pedagang grosir tetap dapat buka, namun hanya menerima layanan pesan antar. Rumor bahwa mereka akan ditutup total telah membuat ledakan panic buying terjadi sebelum pengumuman resmi dikeluarkan oleh pemerintah Libanon. Semua pintu perbatasan darat maupun laut akan ditutup kecuali bagi mereka yang memiliki visa transit yang valid. Penumpang pesawat dari Baghdad, Istanbul, Adana, Cairo, dan Addis Ababa wajib melakukan karantina di hotel selama tujuh hari dan menjalani dua tes virus corona.

Libanon berharap dapat menerima pengiriman pertama vaksin Covid-19 dari Pfizer-BioNTech pada pertengahan Februari. Pemerintah telah memesan cukup banyak vaksin Pfizer untuk meng-cover 15% populasi Libanon. Pemerintah Libanon pun berencana meng-cover 20% populasi lagi dengan memesan vaksin dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dengan ditopang oleh skema Covax global.

 

Sumber: bbc.com / world / middle east

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.