Langkah Bank DKI Membangun Cyber Security

Jakarta – Pembobolan yang terjadi di Bank DKI beberapa tahun lalu menjadi pembelajaran tersendiri bagi Bank DKI. Kendati semua kerugian nasabah bisa diatasi saat itu, pengalaman itu menjadikan Bank DKI lebih berhati-hati dalam menangani sistem informasi teknologi (IT).

Apalagi di zaman yang semuanya menuntut pelayanan digital. Tantangan perbankan saat ini memang digitalisasi. Bank DKI sudah memiliki produk-produk digital. Ketika semua harus digital memang belum customer centric.

Diakui Amirul Wicaksono, Direktur Teknologi dan Operasional Bank DKI dalam webinar yang diselenggarakan The Finance dengan tema “Digital Economic in Collboration – The Importance of Cyber Security to Protect Financial Sector in The New Age” pada Senin (29/11), masih ada nasabah yang menuju proses digital.

“Kami juga memperkenalkan digitalisasi ke masyarakat bawah,” tambahnya. Caranya, Bank DKI memiliki agen di pasar atau untuk nasabah kelas bawah.

Agen-agen tadi berfungsi seperti anjungan tunai mandiri (ATM) mini. Jadi, agen menerima uang tunai dari masyarakat dan membantu melakukan transaksi digital. Amirul menjelaskan bahwa agen-agen tadi menjadikan digitalisasi tepat guna artinya sesuai customer centric.

Saat mengembangkan layanan digital menurut Amirul, perlu dilakukan test dengan pihak internal untuk menjamin bahwa sistem yang dibangun aman. Jadi sistem digital diuji dengan orang-orang yang sengaja dibayar untuk mencoba melakukan hack. Tujuannya untuk mengetahui seberapa kuat security sistem yang dimiliki. Amirul menambahkan bahwa untuk menjamin keamanan siber, yang perlu diperhatikan adalah people (SDM), proscess dan teknologinya.

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.