THE ASIAN POST, ACEH— Kepala Kepala BNPB Letjen Doni Monardo meminta agar pemuda-pemudi di Aceh untuk tidak lagi berorientasi pada politik kekuasaan, tetapi politik kesejahteraan.
“Saatnya saya minta untuk tidak lagi berorientasi kepada politik kekuasaan, tapi mari kita semua bergandeng tangan bersama sama menjalankan politik kesejahteraan,” kata Doni saat menyemangati 1.150-an wisudawan Universitas Syiah Kuala dalam acara Sidang Terbuka Dalam Rangka Wisuda ke 142 Pascasarjana, Spesialis, Profesi, Sarjana dan Diploma pada Rabu (7/8), di Banda Aceh.
Doni mengatakan, inti politik kesejahteraan adalah politik ekonomi, sebab Aceh adalah gudang kekayaan aneka hasil bumi, seperti ikan, nila, dan lobster.
Bahkan, kata Doni, kambing Aceh bisa diekspor ke Timur Tengah, khususnya Arab Saudi, yang membutuhkan banyak kambing selama musim haji.
Karena itu, Doni mengajak masyarakat Aceh untuk memaksimalkan potensi alam yang dimiliki Bumi Serambi Makkah ini.
“Saya minta kaum cendekiawan dan kalangan kampus Aceh memikirkan agar ada kambing kualitas terbaik dari Serambi Mekkah yang diekspor ke kota Mekkah dan sekitarnya. Syaratnya adalah orang Aceh harus kaya dulu,” kata Doni bersemangat.
Doni mendambakan, kelak suatu hari nanti, saat ekonomi Aceh menjulang hebat, warga Aceh bisa mengulangi sejarah masa lalu yang menyumbang pesawat Seulawah saat masa perebutan kemerdekaan.
“Nah kalau politik kesejahteraan dan politik ekonomi Aceh kita fokuskan, bukan tidak mungkin kita sumbang lagi pesawat untuk ke ruang angkasa, asal potensi ekonomi ini kita maksimalkan maka Aceh pasti menjadi kaya,,” harap mantan Danjen Kopassus ini.
Karena itu, tambah Doni, pemuda pemudi Aceh harus berani keluar kandang, merantau, unjuk kualitas di mancanegara, dan pulang mensejahterakan rakyat Aceh.
Mantan Dan Grup A Paspampres pun membuka kisah kenangan semasa kecil sekitar tahun 1970-an. Ayah Doni bertugas sebagai Polisi Militer dan tinggal di kompleks militer Peuniti Banda Aceh.
Kenangan paling membekas adalah kenikmatan Mie Aceh Razali di kawasan Peuniti. Ketika itu Doni kecil hanya membawa uang pas-pasan dan bahkan kerap tidak punya uang. Karena ingin makan mie kesukaannya, Doni cari akal. Ia pun mengumpulkan botol-botol bekas dan menjualnya ke pengepul.
Kali yang lain Doni kecil berjualan mainan layang layang. Pernah juga Doni mengumpulkan buah asam yang jatuh dari pohon untuk dijual.
“Kalau uang sudah terkumpul saya langsung beli Mie Aceh Razali,” kenang Doni. Sampai kini tiap berkunjung ke Aceh Doni selalu mencicipi mie tersebut. Bahkan berbagai pejabat dan orang ternama termasuk Presiden Jokowi sudah pernah makan mie Aceh Razali yang beralamat Jalan Panglima Polim, Peunayong Banda Aceh.
Doni juga mengisahkan, saat usianya sekitar 4 tahun ia pernah merasakan gempa yang terbilang besar di Aceh ketika itu.
“Meski sudah lama sekali, tapi saya masih ingat dengan baik kejadiannya,” kata Doni.
Doni bercerita. Waktu dirinya akan minum teh manis, tiba tiba ibunya langsung menyambar tubuh Doni, menggendong dan kemudian berlari, membawanya ke luar rumah karena gempa.
Doni menangis. Tapi bukan karena takut gempa yang membuat dirinya menangis.
“Tapi karena saya kira ibu saya melarang saya minum teh manis,” kata Doni yang juga masih mengingat dengan baik nasehat nasehat Ibu Syamsidar kepala sekolahnya saat duduk di Sekolah Dasar.
Setidaknya dua kali Doni mengalami gempa bumi di Aceh. Yang kedua saat gempa dan tsunami Aceh 26 Desember 2004.
Doni yang waktu itu berpangkat letnan kolonel sedang bertugas di Paspampres, berada di Aceh saat peristiwa itu terjadi.
“Saking hebatnya (gempa), saya berkali kali terjatuh,” kata Doni.
Sebelum bertolak ke Medan Sumatera Utara, Doni melakukan pertemuan dengan Wali Nanggroe Tengku Malik Mahmud di Kompleks Lembaga Wali Nanggroe.
Doni menegaskan agar Wali Nanggroe mengkampanyekan slogan, “Kita Jaga Alam, Alam Jaga kita”. Salah satunya melakukan penanaman pohon yang bernilai ekologis sekaligus bernilai ekonomis.
Doni meminta agar Wali Nanggroe juga berperan aktif mengajak anak anak Aceh menjadi entrepreneur.
“Sudah, jangan lagi bercita-cita jadi pegawai negeri. Alam Aceh yang kaya butuh semangat juang baru untuk menyejahterakan semuanya,” kata Doni. []