Kemarau Datang, Menteri Siti Beberkan Strategi Hadapi Ancaman Kebakaran Hutan

Jakarta— Memasuki musim kemarau di tahun ini potensi terjadinya kebakaran hutan dan lahan (karhutla) sudah di depan mata.

Badan Meteorologi dan Geofisika (BMKG) di wilayah Aceh dan Kalimantan telah melaporkan munculnya titik panas dan kebakaran kecil di kawasan hutan mereka.

Menyoroti situasi tersebut, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Kementerian LHK) Siti Nurbaya mengklaim, pemerintah sudah mengantongi solusi permanen mengatasi acaman karhutla, salah satunya melakukan monitoring hotspot di daerah rawan seperti di Sumatra bagian utara dan Kalimantan.

Berdasarkan hasil monitoring itu, dua hari yang lalu Kementerian LHK telah menemukan 81 hotspot atau titik api.

“Kita mewaspadai yang di Sumatra di bagian utara, kayak Aceh udah ada yang terbakar. Tapi begitu saya kontrol udah diberesin. Kemudian, kemungkinan Sumatra Utara, Aceh, Riau harus siaga dan Kalimantan Tengah, enggak Kalbar lagi. Tahun-tahun sebelumnya Kalbar yang hancur-hancuran. Tapi, tahun lalu relatif oke,” ujarnya usai menghadiri acara Compost Day di Jakarta, Minggu (26/2/2023).

Lebih lanjut, katanya, patroli di daerah rawan akan dilakukan terus menerus. Terlebih, di kawasan gambut yang memiliki sensitivitas tinggi terhadap api dan sangat sulit untuk dipadamkan. Patroli karhutla juga akan melibatkan masyarakat sekitar kawasan hutan yang memiliki kesadaran hukum (paralegal) dan berkeinginan menjaga lingkungan.

Selain monitoring, kata Siti, Kementerian LHK akan bersiap melakukan modifikasi cuaca jika kebakaran hutan semakin besar dan mengakibatkan kualitas udara menjadi buruk.

“Jadi kalau kita lihat hotspot-nya tinggi, udaranya kelihatan rawan, kita buatin hujan buatan sehingga gambutnya basah karena biasanya api datang dari dalam gambut juga. Di beberapa daerah kan di bawah gambut ada batu bara, jadi naik juga gitu,” terangnya.

Menurut Siti, keberhasilan pemerintah untuk membendung terjadinya karhutla ini akan mengurangi pelepasan emisi karbon ke udara hingga 500 juta ton CO2e. Maka dari itu, strategi penanggulangan karhutla diperlukan sejalan dengan target dan komitmen Indonesia untuk mengurangi emisi karbon sebesar 32% atau setara 912 juta ton CO2e di 2030.

“Kalau kebakaran hutan ini bisa diatasi, kita bisa ngeberesin yang dampak perubahan iklim itu. Jauh banget itu. Dari kebakaran hutan sendiri bisa 400–500 juta ton. Jadi memang kita kerja keras di situ,” pungkasnya. (*)

Writer: Ranu Arasyki

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.