Jumlah Penonton Membludak, Jazz Gunung Bromo Series Bakal Dihelat Dua Kali Bulan Ini
Probolinggo— Jazz Gunung Bromo yang dilangsungkan di lereng Gunung Bromo telah sukses membuat penikmat musik jazz takjub sejak awal hingga penyelenggaraan yang ke-17 kalinya di tahun ini.
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, kali ini festival yang menampilkan Musisi legendaris dan populer ini dibagi menjadi dua kali dalam dua pekan.
Pertama, BRI-Jazz Gunung Bromo Series ke-1 digelar pada 19 Juli 2025, berlanjut di minggu setelahnya BRI-Jazz Gunung Bromo Series ke-2 yang bisa disaksikan pada 26 Juli 2025.
Bagas Indyatmono, CEO Jazz Gunung Indonesia mengungkapkan, perhelatan dimaksudkan untuk menambah eksposur untuk meningkatkan jumlah pengunjung.
Selain itu, lanjutnya, kapasitas jazz di Amphiteater Jiwa Jawa tidak cukup untuk menampung pengunjung yang semakin membludak.
“Kami menyadari bahwa kapasitas Amphiteater ini terbatas dan tidak bisa diperluas lagi. Salah satu caranya dengan menambah hari dan festival. Ini menjadi daya tarik yang lebih besar untuk calon sponsor yang mendukung kami. Ini strategi kami agar secara jumlah ekspornya lebih besar,” terangnya, (19/7).
Dalam perhelatan Jazz Gunung Series tahun ini, Bagas menargetkan dapat meningkatkan jumlah pengunjung hingga 25.000 orang. Menurut Bagas, angka tersebut tidak muluk-muluk, mengingat setiap tahun peminat jazz semakin bertambah.
Berbeda dengan pengunjung Jazz Gunung Slamet yang didominasi mahasiswa, target market yang disasar dalam festival Jazz Gunung Bromo ialah segmen usia 30-50 tahun, yaitu kalangan dewasa atau sudah berkeluarga.
“Di setiap Jazz Gunung Series kita punya target yang berbeda-beda setiap tempatnya. Di Gunung Selamet, Purwokerto karena ada beberapa kampus yang besar maka target market kami mahasiswa. Sedangkan kalau di sini segmen penontonnya 30-50 tahun yang sudah berkeluarga,” terangnya.
Segmentasi pengunjung yang sudah terbentuk ini pun membuat kurasi artis di setiap penyelenggaran berbeda-beda. Regenerasi para artis yang tampil pun ikut menyesuaikan dengan tren musik yang digemari pasar.
“Jadi ada regenerasi yang bagus menurut saya. Tugas kami meregenerasi penampil dan musisi juga. Panitianya juga harus regenerasi. Regenerasi itu kata kunci buat festival supaya kita bisa sustain. Makanya regenerasi juga kami terhadap pemain di Bromo Jazz Camp,” pungkasnya.
Dalam BRI Jazz Gunung Series 1: Bromo, penyelenggara akan menghadirkan penampilan kelompok muda, Emptyyy, Trio “generasi mendatang”, mantan VJ MTV Jamie Aditya, kelompok campursari bersuasana jazz kental, dan Kua Etnika.
Selain dua kelompok musik yang populer pada eranya masing-masing, RAN, grup muda tahun 2000-an turut hadir memeriahkan BRI Jazz Gunung Series 1: Bromo.
Kelompok “legendaris”, Karimata dengan pengalaman bermusik yang matang juga siap meramaikan festival. Disusul Chagall musisi wanita asal Belanda dengan musik khas electronic-music.
Perkenalan dengan Chagall akan menjadi momen pertunjukkan yang tak kalah seru dari musisi lokal Indonesia.
Masih seputar Jazz Gunung Series 1: Bromo, Papermoon Puppet Theatre akan berpentas selama dua hari pada 19 dan 20 Juli. (*) Ranu Arasyki Lubis