Ini Perusahaan Asuransi Terpuruk yang Butuh Penyehatan!

INDUSTRI asuransi umum mencatat industri asuransi umum sebesar Rp8,9 triliun pada 2024. Kerugian yang belum pernah dialami asuransi umum secara industri sebelumya. Padahal, menurut data Biro Riset Infobank dalam Kajian Rating 117 Asuransi 2025, sebanyak 59 perusahaan asuransi umum berhasil meraih keuntungan dengan akumulasi sebesar Rp8,19 triliun pada 2024.

Hanya ada 7 perusahaan asuransi umum yang diketahui menderita kerugian kalau dijumlah kerugiannya hanya Rp238,98 miliar. Artinya, ada kerugian besar yang diderita dari 5 perusahaan asuransi umum yang tidak mengeluarkan laporan keuangan.

Kelima perusahaan asuransi umum tersebut adalah Asuransi Bangun Askrida, Citra International Underwriters, Asuransi Perisai Listrik Nasional, dan Asuransi Umum Videi, serta Berdikari Insurance yang sudah dicabut izinnya pada Januari 2025.

Ada kerugian hingga Rp7 triliun dari deretan perusahaan asuransi umum ini, yang kabarnya disumbang paling banyak oleh Asuransi Bangun Askrida, perusahaan asuransi yang sahamnya dimiliki 27 pemerintah daerah dan 23 badan usaha milik daerah.

Ketika dimintai keterangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mengkonfirmasi bahwa Asuransi Bangun Askida dalam penanganan khusus namun enggan menyebut soal angka.

“Sedang dalam penanganan, karena tahun lalu mereka melakukan adjustment di cadangan premi. Jadi untuk alasan utama betul penguatan cadangan premi. Tapi untuk angka sebaiknya menunggu audited report,” ujar Iwan Pasila, Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, seperti dikutip Majalah Infobank Nomor 567 Juli 2025.

Di industri reasuransi juga sedang terbakar gara-gara jebloknya satu perusahaan. Menurut Biro Riset Infobank, tujuh perusahaan reasuransi berhasil meraih laba dengan total Rp582,92 miliar.

Tapi, kerugian yang diderita Reasuransi Nasional Indonesia (Nasional-Re) sebesar Rp1,42 triliun, laba industri reasuransi menjadi minus Rp548,58 miliar pada 2024. Padahal, tahun sebelumnya Nasional-Re sukses mencetak laba sebesar Rp1,13 triliun.

Ketika dihubungi Infobank, Toto Pranoto, Komisaris Utama Nasional Reasuransi Nasional Indonesia, mengakui bahwa kinerja keuangan perusahaan reasuransi pelat merah ini sedang melakukan perbaikan.

“Kami sedang proses restrukturisasi, sesuai rencana penyehatan yang diminta OJK. Ada beberapa opsi, termasuk penambahan modal. Kami berupaya soal ini, termasuk dengan IFG sebagai ultimate shareholders,” ujar Toto Pranoto seperti dikutip Majalah Infobank Nomor 567 Juli 2025.

Dengan solvabilitas minus Rp2,84 triliun, perusahaan pelat merah ini menjadi perusahaan bermasalah yang harus segera disehatkan. Kewajibannya mencapai Rp12,37 triliun, lebih besar dari asetnya yang sebesar Rp9,36 triliun, atau menderita negative net worth sebesar Rp3,01 triliun.

Bagaimana langkah OJK dan pemegang saham menyehatkan perusahaan asuransi yang sakit? Mengapa perusahaan asuransi pelat merah masih saja terbelit oleh masalah keuangan? Simak juga rapor perusahaan-perusahaan asuransi dan siapa saja yang berhasil tumbuh di tengah musim kering di Majalah Infobank Nomor 567 Juli 2025 yang melaporkan hasil kajian bertajuk Rating 115 Asuransi Versi Infobank 2025! (KM)

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.