Indonesia Kita ke-44 “Pasien No. 1” Sukses Kocok Perut Penonton di Tengah Suasana Hujan
Jakarta – Pementasan Indonesia Kita berjudul “Pasien No.1” di hari pertama, Jumat, 31 Oktober 2025 berlangsung meriah. Pementasan teater musikal yang berlangsung di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta itu sukses mengocok perut para penonton.
Penampilan Cak Lontong, Akbar, Marwoto, Susilo Nugroho, Inaya Wahid, Sruti Respati, Silir Wangi, Olla Simatupang, Mucle, Wisben, Joned, dan Butet Kartaredjasa, berhasil membuat para penonton terbahak-bahak, karena selipan komedi lucu yang dicampur dengan sarkasme terhadap kondisi bangsa Indonesia saat ini.
Ruangan Teater Besar Taman Ismail Marzuki tampak ramai dipenuhi penonton. Hampir setiap bangku yang ada terisi oleh penonton dari beragam usia, kawula muda hingga tua.

Pertunjukan Indonesia Kita ke-44 ini, secara khusus dipersembahkan untuk mengenang jasa dan kredibilitas Jenderal Hoegeng Iman Santosa (14 Oktober 1921-14 Juli 2004), mantan Kepala Kepolisian Republik Indonesia (Kapolri) dari 1968 hingga 1971 yang dikenal teguh dan berintegritas dalam menjalankan tugasnya sebagai penegak hukum.
Di sesi akhir pementasan, Butet Kartaredjasa menyampaikan pentingnya meneladani sosok Jenderal Hoegeng yang memiliki keteguhan integritas dalam penegakan hukum.
“Kita bukan mendewakan Jenderal Hoegeng, tapi kita menghormati dan meneladani beliau karena integritasnya sebagai penegak hukum di negeri ini,” ujar Butet di panggung.
Butet katakan, sosok seperti Jenderal Hoegeng adalah antithesis terhadap apa yang terjadi dengan penegakan hukum di Indonesia dewasa ini. Penegakan hukum yang tajam ke bawah, namun tumpul ke atas menjadi pusat sindiran dalam pementasan.
“Setiap dari kita di sini, harus meneladani integritas beliau. Walaupun Pak Hoegeng sudah tiada, tapi tindakan beliau dalam mempertahankan integritasnya tetap hidup di hati kita,” tekan Butet.
Sejumlah peristiwa sosial politik yang terjadi dalam setahun ini, dan berpuncak pada sejumlah aksi massa pada akhir Agustus, menjadi pendorong bagi Butet Kartaredjasa dan Agus Noor untuk menyiapkan lakon Pasien No. 1.

Di mata Butet, sosok Jenderal Hoegeng perlu ditampilkan sebagai tokoh inspiratif dalam pertunjukan ini, untuk mengingatkan pada para penegak hukum untuk menjalankan tugasnya secara kredibel dan menjalankan prinsip-prinsip demokrasi yang telah menjadi cita-cita bangsa Indonesia selepas Reformasi 1998.
Persembahan pertunjukan kepada sosok inspiratif telah dilakukan beberapa kali oleh Indonesia Kita. Sebelumnya, Indonesia Kita pernah mementaskan sejumlah seri maestro, di mana pertunjukan dibuat untuk mengenang tokoh-tokoh inspiratif.
Di antaranya Koes Plus, Nano Riantiarno, dan Sawung Jabo. “Pak Hoegeng memang dikenal juga sebagai seniman yang aktif mengembangkan musik keroncong dan hawaian. Namun, di pertunjukan ini, kami menampilkannya sebagai ikon kejujuran, integritas dan keberanian dalam menjalankan tugasnya sesuai peraturan dan hukum,” ujar Butet Kartaredjasa, dalam keterangan resmi.

Untuk itulah, Butet Kartaredjasa secara khusus, menyambangi Meriyati Hoegeng, istri Jenderal Hoegeng di rumahnya yang terletak di daerah Depok, Jawa Barat pada September 2025.
“Atas nama etika, saya sengaja mendatangi Ibu Hoegeng yang telah berusia di atas 100 tahun, untuk ngalap berkah, mohon restu, karena program Indonesia Kita akan memainkan lakon “Pasien No 1″ yang diinspirasi oleh watak dan pemikiran-pemikiran Pak Hoegeng,” ungkap Butet.
Sikap dan watak Pak Hoegeng yang senantiasa berani dan jujur demi menegakkan kebenaran, bahkan berani menolak perintah atasan karena sang atasan mengkhianati kebenaran, menjadi jiwa pertunjukan terbaru di Indonesia Kita.
Sebagai penulis naskah dan sutradara, Agus Noor mengharapkan penonton menikmati pertunjukan sekaligus turut menghayati teladan hidup Jenderal Hoegeng dalam menjunjung tinggi kebenaran dalam bertugas.
“Inspirasi pertunjukan Indonesia Kita tidak hanya dari kalangan seniman budayawan, tapi seorang Jenderal Polisi, yaitu Pak Hoegeng. Ini tak sekadar kisah biografi atau pemujaan, tapi tentang inspirasi keteladanan dan integritas yang kini makin sulit kita temukan,” sebut Agus yang juga menggarap lakon-lakon Indonesia Kita lainnya yang mengangkat inspirasi para tokoh, di antaranya lakon “Sabdo Pandito Rakjat” (dalang Ki Nartosabdo), “Sinden Republik” (sinden Waljinah), “Kartolo Mbalelo” (seniman ludruk Kartolo), dan “Julini Tak Pernah Mati” (sutradara Nano Riantiarno).
Semuanya direfleksikan dengan gaya khas pentas Indonesia Kita yang jenaka. Supaya jejak hidup Jenderal Hoegeng dalam hal menjunjung hukum dan kebenaran, tersampaikan kepada pihak-pihak yang bekerja di bidang hukum, Butet Kartaredjasa berencana secara khusus mengundang seluruh jajaran aparat kepolisian untuk datang menonton pertunjukan Pasien No. 1.
“Tentunya saya berharap pertunjukan ini bisa ditonton Kapolri dan polisi-polisi yang masih aktif bertugas, dari berbagai tingkat kepangkatan. Karena itu, saya akan undang Bapak Kapolri untuk datang menonton,” pungkas Butet.
Pementasan yang berlangsung di Teater Besar Taman Ismail Marzuki, Jakarta, ini sendiri berlangsung selama dua hari, yakni Jumat, 31 Oktober 2025 dan Sabtu, 1 November 2025 pada pukul 20.00 WIB sampai 23.00 WIB.
Lakon Indonesia Kita ke-44 tersebut mengajak penonton untuk merefleksikan situasi Indonesia saat ini, selayaknya situasi di sebuah rumah sakit. SW


