Jakarta— Menurunnya harga sejumlah komoditas pangan membuat tingkat inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) terkerek di titik terendahnya minus 0,11% pada Oktober 2022 dibanding bulan sebelumnya month to month (MtM).
Inflasi secara tahun kalender atau year to date (ytd) mencapai 4,73%, sedangkan inflasi secara tahunan atau year on year (yoy) mencapai 5,71%.
Direktur Statistik Badan Pusat Statistik (BPS) Windhiarso Ponco mengatakan, terjadinya deflasi disumbang oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar minus 0,97% MtM.
Beberapa komoditas yang mengalami deflasi pada Oktober yakni, cabai merah minus 0,13%, telur ayam ras minus 0,06%, daging ayam ras minus 0,03%, dan cabai rawit minus 0,03%. Menurutnya, data tersebut menunjukkan tingkat inflasi dari sisi pemenuhan bahan makanan untuk masyarakat masih mampu terkendali.
“Artinya bahwa kelompok bahan makanan mampu menahan laju inflasi akhir tahun sehingga terjadi tren penurunan dibandingkan bulan-bulan sebelumnya. Apalagi semenjak terjadi krisis Rusia dan Ukraina kita sudah dua kali mengalami deflasi, yaitu di bulan Agustus dan Oktober ini,” katanya, pada acara Rapat Koordinasi Pengendalian Inflasi Daerah, Senin (11/7).
Namun demikian, di tengah menurunnya harga beberapa komoditas pangan, harga beras, tempe dan tahu justru menunjukkan tren peningkatan.
Windhiarso mengungkapkan, pada Oktober 2022 beras mengalami inflasi sebesar 1,13% MtM. Kenaikan juga terjadi di harga kedelai dari US$606 per ton pada Januari 2022 menjadi US$664 per ton pada September 2022.
Sementara, kata dia, sektor transportasi masih menunjukkan kenaikan inflasi sebesar 0,35%, disusul tarif angkutan dalam kota sebesar 0,01%.
Kenaikan ini tidak lain disebabkan oleh kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) dan tarif angkutan kota. Sebagaimana diketahui, pada Oktober tahun ini sebanyak 12 kota mengalami inflasi tarif angkutan dalam kota.
“Untuk bensin ini masih ada beberapa kota yang belum mengalami penyesuaian tarif angkutan. Jadi, jika keputusan pemerintah daerah untuk menyesuaikan tarif dengan kenaikan BBM ini baru akan dilakukan di bulan November, bisa jadi ini karena memicu inflasi di November. Jadi trade off antara penetapan tarif dengan upaya lain ini juga perlu disikapi dengan kebijakan di daerah,” ujarnya.
Lebih lanjut, pada Oktober 2022 tercatat 61 dari 90 kota mengalami deflasi. Jumlah kota yang mengalami deflasi ini cukup banyak dibandingkan bulan sebelumnya yang hanya dua kota saja, yakni Manokwari dan Timika.
Deflasi terdalam di antaranya, Gunung Sitoli di Sumatera Utara minus 1,48%, Mamuju di Sulawesi minus 1,44%, Kota Tual di Maluku minus 1,35%. (*)
Editor: Ranu Arasyki