Hadapi Krisis Global, Wamenkeu Sebut Modal Inti Perbankan Indonesia Masih Kuat
Jakarta— Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menegaskan pertumbuhan dan resiliensi sektor perbankan nasional masih relatif kuat dalam menghadapi ancaman krisis ekonomi dunia.
Menurutnya, salah satu satu kekuatan perbankan Indonesia tercermin dari masih kokohnya modal inti bank (capital adequacy ratio/CAR) per Januari 2023.
“Capital adequacy ratio kita lumayan cukup tinggi. Ini well buffered kita. Dan ini tentu didukung oleh kebijakan-kebijakan yang prudent. Modal inti bank kita minta terus dipastikan dijaga. Tahun lalu kita menaikkan modal inti bank, sehingga kalau kita lihat perbandingan kita dengan beberapa negara lain CAR kita relatively kita kuat,” ungkapnya pada acara OCBC NISP Business Forum – Indonesia to The Next Level, Selasa (21/3/2023).
Merujuk data yang disampaikan Suahasil, jika dibandingkan dengan negara lain, posisi modal perbankan (capital adequacy ratio/CAR) Indonesia berada di level teratas, yakni 25,93%.
Sementara, posisi CAR perbankan Cina hanya 15,17%, disusul Thailand 19,5%, Afrika Selatan 17,59%, Amerika Serikat 14,65%, dan Jepang 11,6%.
Tebalnya modal yang dimiliki perbankan diiringi dengan kemampuan korporasi dalam menjaga rasio kredit bermasalah, di mana pada Januari 2023 netperforming loan (NPL) mampu ditekan hingga 2,59%.
Di samping itu, pendapatan dari margin bunga bersih (net interest margin/NIM) menunjukkan peningkatan menjadi 4,89%, disertai tingkat return on asset yang mencapai 3,02%.
“Ini adalah periode saat-saat di mana kita harus bersiap terhadap badai yang akan datang. Semoga pondasi kita lebih kuat,” tukasnya.
Di satu sisi, lanjutnya, penyaluran kredit sepanjang 2022 hingga Januari 2023 mengalami laju pertumbuhan yang cukup agresit. Kredit investasi domestik tumbuh 11,4%, kredit konsumtif 10,1%, dan kredit modal kerja 9,3%.
“Dan outlook pertumbuhan ekonomi kita masih sangat kuat. Di 2023 ini kita harapkan ada di 5,0 sampai 5,3% . Kita harapkan akan terus memberikan dorongan kepada perekonomian kita yang akan terus tumbuh. Di domestik kita juga lihat perubahan harga. Dan perubahan harga inflasi di Indonesia juga masih cukup moderat, pungkasnya. (*) RAL