Duh! Kereta Whoosh Boncos, Pendapatan Tak Cukup Buat Bayar Bunga Utang

Jakarta— PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) mencatat, sebanyak 341.100 orang menggunakan layanan Kereta Cepat Whoosh selama masa angkutan Lebaran 2025. Seperti apa pendapatannya?

General Manager Corporate Secretary KCIC Eva Chairunisa mengatakan, pada masa libur Lebaran, penumpang Whoosh rata-rata berkisar di 16.500-23.500 penumpang per hari.

Puncaknya terjadi pada H+5 Lebaran, yakni 6 April 2025, dengan jumlah penumpang harian mencapai 23.500 penumpang.

“Selain digunakan untuk mudik, mayoritas penumpang kali ini memanfaatkan Whoosh untuk berlibur bersama keluarga ke Bandung, Jakarta, dan Karawang, atau datang khusus untuk mencoba pengalaman naik Whoosh pertama kalinya di masa liburan kali ini,” ujarnya, dikutip Senin (14/4).

Bagaimana kinerja tahunan KCIC? Apakah sudah mampu menangguk profit?

Menurut hitung-hitungan Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan, kinerja keuangan KCIC tidak menggembirakan.

“Masih berdarah-darah,” kata Anthony di Jakarta, Minggu (13/4).

Dalam catatannya, biaya investasi untuk proyek kereta cepat yang awalnya disepakati 6,02 miliar dolar AS, ternyata membengkak (cost overrun) sebesar 1,2 miliar dolar AS.

“Sehingga total biaya investasi Kereta Cepat Jakarta Bandung mencapai 7,22 miliar dolar AS. Ini luar biasa (mahal),” ujarnya.

Di mana, sebesar 75 persen dari biaya investasi tersebut diperoleh dari duit utang China Development Bank (CDB). Sehingga total utang dari proyek ini mencapai 5,415 miliar dolar AS.

Dengan asumsi Rp16.000/dolar AS, utang itu setara Rp81,2 triliun.

“Itu belum termasuk biaya untuk bunga utangnya,” urainya.

Lalu berapa beban bunganya?

“Untuk investasi awal sebesar 6,02 miliar dolar AS, dikenai bunga 2 persen per tahun. Sedangkan utang terkait cost overrun dikenakan bunga 3,4 persen per tahun.

Sehingga total biaya bunga mencapai 120,9 juta dolar AS, atau hampir Rp2 triliun per tahun,” paparnya.

Selain itu, kata Anthony, pendapatan dari penjualan tiket, sangatlah miris. Ambil contoh 2024, terjual 6,06 juta tiket.

Dengan asumsi harga tiket rata-rata sebesar Rp250.000, maka total pendapatan kotor kereta Whoosh hanya Rp1,5 triliun.

“Itu belum dipotong listrik, perawatan, operasional, perawatan dan lain-lainnya,” kata Anthony.

Pendapatan kereta Whoosh yang minim, bahkan lebih rendah dari biaya bunga yang nyaris Rp2 triliun itu, membuat keuangan KCIC bakal terganggu defisit.

Dikhawatirkan, untuk menambal defisit itu, KCIC harus utang lagi dalam jumlah besar.

“Kondisi ini tentu saja sangat bahaya. Tidak sustained. Bak skema ponzi saja. Sampai kapan BUMN konsorsium pihak Indonesia bisa bertahan dari ‘pendarahan’ ini,” tutupnya. (DW)

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.