Demonstrasi Besar Ala ’98 di Serbia, Pelajaran Berharga Bagi RI    

Jakarta – Kejengahan masyarakat terhadap bobroknya sistem pemerintahan suatu negara dapat memicu demonstrasi besar-besaran, seperti yang terjadi di Serbia belum lama ini. Bak demonstrasi Mei ’98 yang terjadi di Indonesia, demonstrasi di Ibu Kota Serbia, Beograd itu diikuti oleh sekitar 500.000 orang.   

Ada pihak yang mengatakan bahwa 1 juta warga Serbia ikut berdemonstrasi di Beograd untuk menentang kebijakan pemerintah. Meskipun, kubu pro-pemerintah menyebut hanya 100.000 orang yang berdemonstrasi, sedangkan kubu penyelenggara mengklaim sekitar 325.000 orang ikut beraksi.

Para pengunjuk rasa terdiam di ibu kota Serbia itu pada Sabtu lalu, untuk menghormati para korban runtuhnya tenda beton yang telah memicu kerusuhan besar di negara berjuluk Orlovi atau elang itu.   

Demonstrasi besar itu dipandang sebagai hasil akumulasi protes selama berbulan-bulan terhadap Presiden Serbia Aleksandar Vučić dan pemerintahannya. Kerumunan besar pengunjuk rasa yang mengibarkan bendera memadati kawasan pusat kota, sekalipun cuaca hujan.

Masyarakat hampir tidak dapat bergerak dan banyak yang terjebak ratusan meter dari lokasi protes yang direncanakan.  

3 Penyebab Demonstrasi Besar Serbia

  1. Korupsi Pemerintah yang Merajalela

Sebagaimana dikutip Euro News, protes dimulai empat bulan lalu setelah tenda beton runtuh di stasiun kereta api di utara Serbia, yang menewaskan 15 orang. Demonstrasi meletus hampir setiap hari sebagai tanggapan atas tragedi tersebut.

Sebagian besar masyarakat Serbia menyalahkan insiden tersebut terjadi karena korupsi pemerintah yang merajalela, kelalaian, dan ketidakpatuhan terhadap peraturan keselamatan konstruksi. Para pengunjuk rasa menuntut mereka yang bertanggung jawab atas tragedi ini untuk dimintai pertanggungjawaban.    

Unjuk rasa tersebut juga dipandang sebagai tantangan besar pertama bagi Vučić, yang telah berkuasa selama lebih dari satu dekade. Unjuk rasa hari Sabtu itu dijuluki “15 untuk 15”, merujuk pada tanggal protes dan jumlah orang yang tewas akibat ambruknya tenda di kota utara Novi Sad pada tanggal 1 November.

Massa terdiam selama 15 menit di malam hari untuk memberi penghormatan kepada para korban. Polisi mengatakan massa mencapai 107.000 orang, tetapi media independen Serbia mengatakan jumlahnya jauh lebih tinggi, seraya menambahkan bahwa unjuk rasa itu adalah yang terbesar yang pernah ada di Serbia.   

2. Demonstrasi Damai  

Polisi juga mengatakan demonstrasi itu sebagian besar berlangsung damai, tanpa ada insiden besar yang dilaporkan. Para pengunjuk rasa menuduh pendukung Vučić mengganggu dan memprovokasi bentrokan.

“Unjuk rasa hari ini sepenuhnya damai sampai Presiden (Aleksandar Vučić) dan (para pendukungnya) mengirim provokator mereka untuk menyebabkan insiden dan kemungkinan pertumpahan darah,” tutur seorang warga Beograd, Svetlana Muro, yang turut berpartisipasi dalam demo. 

Di sisi lain, Presiden Serbia Aleksandar Vučić yang berbicara tentang unjuk rasa tersebut mengatakan bahwa sekitar dua puluh orang ditangkap karena menghasut kekerasan dan vandalisme.  

“Dua puluh dua orang telah ditangkap karena mereka melakukan kejahatan terhadap properti orang lain dan juga properti Republik Serbia, karena menyerang polisi, dan menyerang orang lain,” beber Aleksandar.  

3. Rakyat Serbia Inginkan Perubahan

Pemimpin Serbia itu juga mengakui keinginan rakyat dan mendesak pemerintah untuk menerima pesan dan tuntutan para pengunjuk rasa.

“Kami memahami pesan itu dengan baik dan semua pejabat yang berkuasa harus memahami pesan itu ketika begitu banyak orang berkumpul. Kami harus mengubah diri kami sendiri dan kami harus belajar banyak,” kata Vučić. Ia menyatakan bahwa jelas baginya bahwa warga Serbia menginginkan perubahan, dengan mengatakan “warga Serbia ingin mengubah pemerintah dalam pemilihan umum.” SW

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.