Jakarta – Selain estetika, narasi, dan alur film, hal menarik untuk dididiskusikan oleh aktor, sutradara, dan penikmat film-film Iran adalah aspek nilai-nilai budaya tinggi yang mengakar-kuat di balik cerita-narasi film-film Iran. Apakah film-film Iran dan Indonesia memiliki kemiripan atau kedekatan secara budaya, sehingga peminat film Iran di Indonesia cukup banyak?
Bukan hanya alasan kesamaan budaya. Film-film Iran juga mempunyai reputasi dunia. Salah satu film Iran, bahkan berhasil menjadi nominator Piala Oscar ajang tahunan bergengsi bagi insan film. Bagaimana mungkin penonton dunia, termasuk Indonesia tidak melirik film-film Iran?
Tak sekadar sebagai ajang hiburan dan diskusi, film selama ini juga menjadi media efektif untuk diplomasi bagi banyak negara. Tentu saja, sebagai media diplomasi, produk film tersebut harus masuk kualifikasi film yang mengedepankan budaya negara tersebut. Bagi Iran, cukup alasan, jika budaya atau narasi film Iran adalah instrumen diplomasi yang efektif, bagi tujuan hubungan yang linier secara bilateral maupun multilaeral dengan negara-negara di Asia misalnya, dan Indonesia secara khusus.
Inilah inti gagasan-pemikiran yang berkembang dalam Diskusi: “Film dan Masa Depan Diplomasi Kebudayaan Iran-Indonesia”, yang diselenggarakan Konselor Kebudayaan Iran, kerjasama dengan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia, Jumat, 21 Februari 2025 di Auditorium X FIB-UI.
Pekan Film-Iran diselenggarakan dalam rangka memperingati 75 Tahun Hubungan Diplomatik Iran-Indonesia. Selain diskusi, mahasiswa menyaksikan pemutaran film Iran bertema: In The Arm of The Tree, karya sutradara Iran, Khaje Pasha yang menjadi bintang-tamu dalam pekan film-Iran tersebut. Cara asik menandai hubungan diplomatik kedua negara.
Pekan Budaya Iran berlangsung 21-24 Februari 2025 di tiga kota, yakni Jakarta, Malang, dan Makasar. Event ini adalah bagian dari momentum 75 tahun hubungan diplomatik Iran-Indonesia. Hubungan diplomatik Indonesia-Iran, selain di bidang investasi dan perdagangan, juga memiliki hubungan-kebudayaan yang berakar panjang dalam sejarah kedua negara.
Pekan Budaya-Iran 2025 dilaksanakan secara gotong-royong (kerjasama) dengan civitas akademika di perguruan tinggi, yang disesuaikan dalam hal waktu maupun tujuan atau out-put kegiatan.
Secara umum, dua kegiatan yang difokuskan pada Pekan Budaya Iran tahun ini adalah: (a) pemutaran film-film Iran dan (b) diskusi film; dua perspektif kebudayaan. Tokoh-tokoh film/kebudayaan dari Iran yang akan datang, antara lain: Hamidreza Ja’fari (Ketua Organisasi Sinematik-Surah); Mohammad Hasan (Direktur Produksi Film-Sura); Nona Tahai (Direktur Internasional Organisasi Sinema-Soura); Hosampour (Direktur Internasional Platform-Filmnet); Tuan Khaje Pasha (Sutradara film); dan Mehdi Moulai (Manajer Umum Kerjasama Media dan Ruang Virtual, Organisasi Kebudayaan dan Komunikasi Islam).
Menteri Kebudayaan RI, Dr. Fadli Zon dan Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah RI, Prof. Dr. Abdul Mu’ti menjadi tamu-kehormatan, untuk membuka acara Pekan Budaya Iran dan Diskusi Film tersebut. Hadir juga sejumlah tokoh-film dan budayawan Indonesia, seperti Garin Nugroho dan Hanung Bramantyo.
“Pekan Budaya Iran 2025 yang diisi dengan diskusi dan pemutaran film-film Iran sangat bermanfaat untuk mempererat hubungan dua negara dalam hal budaya. Kegiatan seperti ini harus terus dilanjutkan sehingga mampu mendorong peningkatan kerjasama kedua belah pihak,” ujar Karnoto Mohamad, Editor in Chief The Asian Post (Asianpost.id), media partner Pekan Budaya Iran 2025. DW