Boris Johnson Jadi PM baru Inggris

THE ASIAN POST, JAKARTA — Boris Johnson akhirnya terpilih menjadi perdana menteri Inggris yang baru menggantikan Theresa May.

Dilansir dari laman CNBC, Selasa (23/7), Johnson diumumkan sebagai pemenang dalam pemungutan suara di Partai Konservatif hari ini.

Johson meraih 92.153 suara anggota partai hingga dia menjadi pemimpin partai sekaligus perdana menteri Inggris.

Bernama lengkap Alexander Boris de Pfeffel Johnson, namanya kian menonjol ketika menjabat sebagai wali kota London dari 2008 hingga 2016.

Johnson juga sudah menjadi anggota parlemen dari Partai Konservatif sejak 2001 setelah dia berkarir di dunia jurnalisme.

Johnson dilahirkan di Kota New York dan punya dua kewarganegaraan yaitu Amerika Serikat dan Inggris.

Banyak laporan menyebut ketika kecil dia sudah mengatakan ambisinya untuk menjadi ‘raja dunia’. Dia punya jejak sejarah keluarga yang berhubungan dengan aristokrat Eropa dan Inggris serta masih keturunan Raja Inggris George II.

Johnson kuliah di kampus elit Eton College kemudian ke Universitas Oxford dan menjadi seorang jurnalis sebelum memasuki dunia politik.

Karirnya dia dunia media cukup kontroversial ketika dia dipecat karena memalsukan sebuah kutipan.

Dia kemudian menjadi jurnalis di Brussels dan namanya terkenal karena membuat laporan tentang Komisi Eropa.

Setelah menjadi politisi dan wali kota London, di akemudian dikenal sebagai tokoh yang pro-Brexit pada 2016. Dia pernah mendeklarasikan mendukung suara ‘keluar dari Eropa’.

Selepas Perdana Menteri David Cameron mundur usai referendum Brexit pada Juni 2016, Johnson kemudian ditunjuk sebagai menteri luar negeri dalam pemerintahan Perdana Menteri Theresa May.

Dia kemudian mundur dari jabatan itu pada 2018.

Ketika menjadi jurnalis di London pada 2002, Johnson menuai kontroversi karena menulis soal kunjungan perdana menteri ke Republik Demokratik Kongo dengan menggunakan istilah rasis.

Sejumlah pengkritik menyebut Johnson tidak layak menjabat perdana menteri karena sejumlah komentar dia terhadap berbagai isu.

Johnson dituding sebagai tokoh Islamofobia setelah dia mengucapakan perempuan muslim yang memakai burka itu semacam ‘kotak surat’.

Dia juga pernah menyebut Hillary Clinton seperti ‘perawat sadis di rumah sakit jiwa’ dan menolak Donald Trump sebelum dia menjadi presiden pada 2016.

Ketika pada 2015 Trump mengatakan sebagian wilayah London sudah teradikalisasi, Johnson membalasnya dengan mengatakan ‘satu-satunya alasan dia tidak mau ke New York adalah karena berisiko bertemu Trump’.

Tapi kemudian sejak itu Johnson menjadi teman dekat Trump dan presiden AS itu mengatakan Johnson akan menjadi perdana menteri yang hebat. []

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.