Bidik UMKM Segmen Menengah, BPR Universal Targetkan Laba Rp40 Triliun
Jakarta— PT Bank Perekonomian Rakyat (BPR) Universal akan memompa mesin bisnisnya dengan menggelontorkan kredit produktif kepada pelaku UMKM agar dapat memacu kinerja positifnya hingga akhir tahun 2023.
Direktur Utama BPR Universal Canisius Sariton menyatakan, pihaknya akan mengejar penyaluran kredit di atas Rp1,4 triliun, dengan perolehan laba naik dua kali lipat dibandingkan 2022 menjadi sekitar Rp40 triliun di 2023.
“Kalau laba, akhir tahun kemarin kita Rp27 miliar, maka di kita akan naik 2 kali lipat menjadi sekitar Rp40 miliar sampai akhir tahun ini. Masih dapat karena melihat situasi saat ini, pertumbuhan kita juga masih di atas rata-rata perbankan. Kan perbankan rerata 4%, pertumbuhan kita rerata sudah 10%. Artinya, kita bisa dapat angka ini,” ujarnya.
Penetrasi kredit yang diberikan masih berfokus di segmen UMKM. Namun, berbeda dengan BPR lainnya, BPR Universal justru membidik kredit untuk pengusaha UMKM kelas menengah
“Kalau BPR lain mereka itukan mainnya di bawah Rp500 juta. Sedangkan kita sudah main di atas Rp1-5 miliar ke atas. Jadi market-nya kita sudah berbeda. Di kita BPR lain nggak head to head.
Kredit tersebut diberikan kepada pedagang pasar yang menjual barang kebutuhan pokok dengan perputaran transaksi nilai jual beli yang cukup besar, sehingga dana yang digelontorkan juga cukup tinggi. Canisius mengatakan, segmentasi kredit ini memiliki captive market yang potensial, sehingga tidak memakan market kreditur lain.
“Di pasar itu juga ada tenant-tenant kecil, tapi ada juga yang besar, nah kita masuk yang besar. Sementara kan yang kecil itu market-nya punya koperasi atau fintech. Kalau kita enggak. Ada segementasi berbeda dengan mereka,”.
Sementara itu, lanjutnya, perusahaan sedang menjajaki penyaluran kredit di bidang jasa kontraktor. Namun porsi kredit untuk sektor ini belum begitu dioptimalkan.
“Bisnis yang kita masuki tapi agak berhati-hati itu bisnis kontraktor. Kita masuk tapi secara hati-hati. Kenapa? Karena pengalaman kita sebelumnya, beberapa kontraktor itu pembayarannya sering ada delay,” sambungnya. (*) RAL