Jakarta– Bank Dunia (World Bank) melakukan up date data kemiskinan dunia dengan ukuran garis kemiskinan terbaru, hasilnya: tingkat kemiskinan Indonesia sebesar 68,3% atau 194,72 juta jiwa dari total jumlah penduduk pada 2024 sebanyak 285,1 juta jiwa.
Sebelumnya, Bank Dunia merilis, sekitar 60,3% penduduk Indonesia atau sekitar 171,8 juta jiwa hidup di bawah garis kemiskinan pada tahun 2024, berbeda dengan data yang dikeluarkan Badan Pusat Statistik (BPS) Indonesia, yang mencatat angka kemiskinan sebesar 8,57%.
Bank Dunia menaikkan garis kemiskinan dunia dengan mempertimbangkan adopsi ukuran purchasing power parity (PPP) atau paritas daya beli terbaru, yakni 2021 PPP dari sebelumnya 2017 PPP.
Implikasinya, tingkat kemiskinan di berbagai negara, termasuk Indonesia ikut naik.
Dalam dokumen bertajuk “June 2025 Update to the Poverty and Inequality Platform (PIP)” Bank Dunia merevisi ke atas tiga lini garis kemiskinan setelah mengadopsi 2021 PPP, yang telah dipublikasikan Bank Dunia dalam The International Comparison Program (ICP) edisi Mei 2025.
PPP itu sendiri merupakan metode konversi yang menyesuaikan daya beli antarnegara.
Nilai dolar yang digunakan bukanlah kurs nilai tukar yang berlaku saat ini di pasar keuangan, melainkan paritas daya beli. US$ 1 PPP tahun 2024 setara dengan Rp5.993,03.
“Penerapan PPP tahun 2021 juga menyiratkan revisi terhadap garis kemiskinan global,” dikutip dari dokumen pembaruan Poverty and Inequality Platform (PIP) edisi Juni 2025.
Tiga garis kemiskinan global yang telah direvisi bank dunia mempertimbangkan 2021 PPP itu ialah dari US$2,15 menjadi US$3,00 untuk garis kemiskinan internasional atau yang biasanya menjadi ukuran tingkat kemiskinan ekstrem. (DW)