THE ASIAN POST, JAKARTA – Layanan yang mudah dijangkau dan praktis membuat transportasi online belakangan menjadi idola masyarakat Indonesia untuk berpergian.
Sayangnya masih ada masyarakat yang dirugikan karena kecurangan yang dilakukan oleh pengemudi (driver) selaku mitra penyedia layanan.
Hasil riset Spire Research and Consulting Indonesia menyebutkan, Gojek menjadi penyedia layanan transportasi online yang mitra pengemudinya paling banyak melakukan kecurangan.
Sekitar 30 persen dari total transaksi gojek terindikasi kecurangan.
Sementara pesaingnya Grab memiliki mitra yang jauh lebih ‘jujur’ dengan indikasi kecurangan kurang dari 5 persen.
“Sebanyak 70% mitra Gojek mengaku pernah melakukan kecurangan. Sementara itu, mitra Grab yang mengakui pernah melakukan kecurangan kurang dari 10%.”ujar Group Deputy CEO Spire Research and Consulting Jeffrey Bahar, di Hongkong Cafe Jakarta, Rabu (30/1).
Ada 5 kecurangan yang paling sering dilakukan mitra pengemudi yaitu pemalsuan posisi pengemudi (fake gps), mark up tagihan untuk layanan pemesanan makanan, modifikasi aplikasi agar mudah mendapatkan orderan, mendaftarkan diri kepada pihak ketiga agar mudah mendapatkan order dan Pesanan fiktif.
Hasil tersebut berdasarkan survei kualitatif terhadap 40 pengemudi dan 280 konsumen di Jakarta, Surabaya, Medan, dan Bandung pada periode November-Desember 2018.
Senior Consultant Spire Research and Consulting, Muhammad Rizki Faisal mengatakan, 40 mitra pengemudi yang disurvei harus memenuhi kriteria tertentu.
“Kami melakukan penyaringan terhadap mitra yang akan disurvei. Misalnya pengemudi yang kami survei harus tergabung di komunitas pengemudi.” Ujarnya.
Sementara untuk konsumen, usia yang disurvei berada direntang 20-50 tahun, karena dinilai usia tersebut mampu menyatakan opini secara mandiri.
Adapun empat kota yang dipilih karena permintaan layanan kedua aplikasi cukup besar di kota-kota tersebut. (Dicky F Maulana)