Body Language Prabowo dan Attitude Baik Purbaya di Mata Sri Tahir

Jakarta – Pengusaha dan filantropis Indonesia, Dato’ Sri Tahir optimistis, dengan terobosan-terobosan yang diambil pemerintah, perekonomian Indonesia bisa bertumbuh signifikan. Tahir meyakini itu setelah melihat “body language” Presiden Prabowo Subianto dan “attitude” Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa.

Tahir mengaku jika dirinya adalah simpatisan Prabowo. Tapi bukan simpatisan dalam artian politik. “Saya simpatisan kepada beliau setelah saya perhatikan body language-nya,” ujar pendiri Mayapada Group dikutip dari Podcast Jurnalistik Inilah.com., Selasa (11/11).

Setidaknya, ada enam “body language” Prabowo yang terbaca oleh Tahir sebagai langkah tepat untuk menuju pertumbuhan ekonomi. Satu, keinginan Prabowo untuk memperbaiki kemiskinan. Langkah konkret pertama yang dilakukannya adalah dengan menghapus utang-utang rakyat kecil yang memang sudah tidak mampu membayarnya.

Dua, kata Tahir, keinginan Prabowo untuk memangkas inefisiensi yang diyakini akan membawa dampak positif di segala bidang dan struktur. Prabowo sangat menekankan pentingnya efisiensi, yang membuat sekelompok orang merasa kaget dengan kebijakan ini sehingga melakukan komplain.

“Saya melihat karena saya juga sekolah, saya juga ekonom, S3 dari UGM. Saya melihat, beliau mengefisienkan semua anggaran. It is so important. Ini penting. Donald Trump saja kerjakan ini,” ujarnya.

Tiga, lanjut Tahir, Prabowo ingin membangun rumah murah untuk 2-3 juta rakyat yang tidak mampu. “Ini suatu dream, suatu harapan yang sangat agung dan perlu didukung. Jangan dibuat lelucon. Ini bisa dilakukan, bukan ndak bisa,” tegasnya.

Empat, kata Tahir, keinginan Prabowo untuk mengatasi scholar gap. Prabowo menginginkan adanya sebuah sekolah yang komprehensif untuk anak-anak yang kurang mampu, seperti ada dormitorinya. “Ini luar biasa,” ujarnya.

Lima, lanjut dia, program makan bergizi gratis (MBG). Meski ada ekses negatif, itu normal-normal saja. Jangan karena ada ekses negatif kemudian program tersebut dihentikan. “Dalam suatu perjuangan yang luar biasa, pasti banyak tantangan dan untuk itu kita harus mendukung untuk ikut meng-handle,” ujarnya.

Keenam, kata Tahir, keinginan Prabowo untuk memperbaiki hal-hal yang ilegal di beberapa industri, seperti di industri kelapa sawit dan pertambangan.

Menkeu Tepat untuk Ekonomi Indonesia

Selain membaca “bahasa tubuh” Presiden Prabowo, Tahir juga mengamati sosok Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa. Menurutnya, Purbaya adalah sosok Menkeu yang tepat untuk perekonomian Indonesia saat ini.

“Pak Purbaya itu orang yang sangat extra-ordinary. Dia orang yang sangat dibutuhkan di zaman ini. (Dia) Sangat tepat (di posisi Menkeu),” ujar Tahir.

Tahir meyakini itu dengan melihat attitude Purbaya, saat mengatakan “Saya tidak ada urusan politik. Saya hanya diminta oleh Bapak Presiden. Semua akan saya laporkan ke Bapak Presiden. Saya tidak ada urusan saya mau dicopot besok, mau dipermak. Its not of my business. My business adalah Bapak Presiden memberikan saya amanat, memberikan saya tugas, saya jalankan.”

Ucapan Purabaya ini mengingatkan Tahir pada sosok wamenkeu di tahun 70-an. “Namanya Nasrudin Sumintapura. Orang Sunda, kebetulan Pak Purbaya juga orang Sunda, cocok. Dulu Pak Nasrudin juga begitu. Orang bea cukai kaget, orang pajak kaget. Lebih baik kaget sekarang daripada lumpuh ke depan,” ungkapnya.

Tahir memuji jalan pikiran Purbaya terkait banyaknya dana yang mengendap, yang tidak dimanfaakan dengan baik, sehingga harus didorong agar terjadi economy activity, memunculkan multiflyer effect, sehingga faktor-faktor lain ikut terdorong.

“Makanya beliau yakin growth bisa naik. Saya sangat setuju. Saya belajar ekonomi. Jika ada sekelompok orang, sekelompok kecil yang merasa terganggu, lalu ngarang cerita, ya mohon maaf saja,” tuturnya.

Tahir meyakini, Indonesia adalah negara yang sangat kaya. Hanya perlu sedikit memperbaiki “managerial skill” Indonesia bisa menjadi negara kuat. “Kita sama Gusti Allah dikasih kekayaan di bawah laut. Ini saja belum diolah. Saya yakin nanti Pak Menkeu akan mengolah kekayaan yang diberikan ini,” tuturnya.

Indonesia, lanjut Tahir, harus memanfaatkan alam agar memiliki nilai tambah. “Dulu kita ekspor balok, lalu kita perbaiki dengan ekspor plywood, ekspor mebel, ekspor hasil budaya dalam bentuk kayu, sehingga nilainya terus bertambah,” tutupnya. DW

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.