Gimin Sumalim, Menenun Kepemimpinan di Tengah Perubahan

Di tengah derasnya arus perubahan dunia keuangan dan teknologi, Gimin Sumalim, Presiden Direktur Bank Index Selindo, memilih untuk tidak berdiri sebagai sosok yang memberi perintah dari menara tinggi.

Ia lebih suka berjalan di antara timnya untuk mendengar, berdialog, dan memberi teladan.

“Kepemimpinan hari ini bukan lagi soal memberi instruksi, tapi bagaimana menjadi sumber inspirasi,” ujarnya kepada Infobank, beberapa waktu lalu.

Dengan gaya kepemimpinan yang kolaboratif, adaptif, dan visioner, Gimin membuka ruang seluas-luasnya bagi generasi muda untuk berpendapat dan berinovasi. Ia percaya, gagasan segar dari mereka adalah energi baru yang menggerakkan roda organisasi. Terlebih bagi Gimin, tugas seorang pemimpin bukan membatasi, melainkan mengarahkan agar setiap potensi tumbuh dalam satu visi yang sejalan.

“Pemimpin yang baik adalah yang mampu menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru,” katanya.

Selain kolaborasi, Gimin menempatkan integritas dan fokus pada nasabah sebagai poros utama setiap kebijakan. Ia meyakini, inovasi sejati lahir bukan semata dari teknologi, melainkan dari niat tulus untuk memberi manfaat.

“Inovasi tak selalu besar. Kadang dimulai dari langkah-langkah kecil yang konsisten. Prinsip ini kami terapkan di seluruh lini Bank Index, menciptakan lingkungan kerja terbuka, di mana ide-ide baru bisa tumbuh tanpa rasa takut salah,” tuturnya.

Namun, perjalanan sebagai pemimpin tak pernah bebas dari ujian. Bagi Gimin, menjaga keseimbangan antara stabilitas dan perubahan merupakan tantangan tersendiri. Begitu pula dengan upaya menyatukan perbedaan lintas generasi agar tetap bergerak dalam satu arah yang sama.

Ia pun menarik satu pelajaran penting: fighting spirit dan semangat pantang menyerah adalah bahan bakar utama bagi keberlanjutan sebuah organisasi.

“Saya belajar bahwa setiap krisis mengajarkan kita tentang fleksibilitas, ketenangan, dan keberanian mengambil keputusan,” ujarnya.

Pandangan matang tentang kepemimpinan itu tidak lahir dalam semalam, tetapi tumbuh dari perjalanan Gimin di dunia perbankan selama lebih dari tiga dekade. Padahal, siapa sangka, lulusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti ini sejatinya tidak pernah berencana menjadi banker.

Tapi takdir membawanya ke arah berbeda. Pada tahun 1992, ia bergabung dengan Bank Bali (kini Bank Permata) melalui Officer Development Program. Keputusan itu pun menjadi titik balik dalam hidupnya.

Ia kemudian berkiprah di Bank Ekonomi Raharja, menempati berbagai posisi strategis mulai dari Relationship Manager hingga Direktur Retail Banking. Konsistensi dan integritas mengantarkan Gimin mencapai puncak karier sebagai Presiden Direktur Bank Index Selindo pada 2017.

Di luar ruang kerja, Gimin dikenal sebagai pribadi yang sederhana. Setiap pagi dan malam, ia meluangkan waktu 15–20 menit untuk meditasi—ritual kecil yang menyeimbangkan pikiran di tengah padatnya aktivitas.

Selain itu, di akhir pekan, Gimin menyalurkan hobinya berkebun di halaman rumah untuk menanam sawi, tomat, kangkung, kunyit, hingga belimbing.

“Berkebun mengajarkan kesabaran. Tak ada hasil instan, tapi kalau dirawat dengan hati, semuanya akan tumbuh,” ujarnya.

Kecintaannya pada alam mungkin berakar dari masa kecilnya di Sumatera, di tengah hamparan perkebunan tempat ia tumbuh besar. Dari sana, ia menimba makna tentang arti kerja keras dari para pekerja kebun yang bangun sebelum matahari terbit, dan tentang ketenangan dari pepohonan yang tetap tegak meski diterpa hujan.

Nilai-nilai itu ia bawa hingga kini, yakni menjadi pemimpin yang tegas tanpa amarah, rasional dalam tekanan, dan selalu memilih mencari solusi daripada menyalahkan.

“Bekerja profesional tak perlu marah. Semua tantangan pasti ada jalan keluarnya,” ujar Gimin.

Ke depan, Gimin ingin memastikan Bank Index tetap tumbuh berkelanjutan dan relevan dengan kebutuhan zaman tanpa kehilangan sentuhan manusiawi.

“Saya percaya masa depan perbankan bukan hanya soal digitalisasi, tapi bagaimana teknologi dapat memperkuat nilai-nilai kemanusiaan dan kepercayaan yang telah menjadi dasar hubungan antara bank dan nasabah,” ungkapnya.

Di tangan Gimin, kepemimpinan bukan sekadar soal strategi bisnis, melainkan tentang merawat kepercayaan, sebuah nilai yang tumbuh. Seperti tanaman di kebunnya, dengan kesabaran, ketulusan, dan keyakinan bahwa yang dirawat dengan hati akan berbuah pasti.

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.