Udang Indonesia, Cesium dan Peran Diplomasi Dagang

Oleh Agus Somamihardja, Ph.D., Alumnus Asian Institute of Technology (AIT) Thailand dan Institut Pertanian Bogor (IPB).

Udang Indonesia tiba-tiba jadi sorotan dunia. FDA (Food and Drug Administration), otoritas tertinggi di AS untuk urusan pangan dan obat-obatan, menemukan jejak Cesium-137 (Cs-137) dalam sampel udang beku asal Tanah Air.

Kata “radioaktif” langsung menggemparkan publik: apakah ini bencana kesehatan, atau sekadar dalih untuk menekan produk kita?

Apa itu Cs-137 dan dari mana asalnya Cs-137 adalah isotop radioaktif hasil fisi nuklir. Cs-137 biasa dipakai dalam radioterapi kanker, pengujian industri logam, dan instrumen ukur.

Udang tidak mungkin menghasilkan Cs-137. Jika terdeteksi, besar kemungkinan datang dari kontaminasi eksternal seperti debu dari pabrik logam atau scrap metal (besi rongsokan) di sekitar fasilitas pengolahan. Dari air proses yang tercemar residu industri. Atau rantai pengemasan yang terpapar material radioaktif.

Kasus di Cikande, Banten, menunjukkan bahwa kontaminasi datang dari industri logam bekas yang berdekatan dengan fasilitas pengolahan udang. Artinya, sumber masalah bukan dari tambak atau udangnya, melainkan faktor lingkungan di luar sistem budidaya.

FDA menemukan Cs-137 sebesar 68 Bq/kg. Bandingkan dengan batas aman menurut Codex/FAO/WHO sebesar 1.000–1.200 Bq/kg. Atau Uni Eropa yang lebih ketat sebesar 600 Bq/kg. FDA sendiri menentukan batas aman sebesar 1.200 Bq/kg.

Artinya, kadar yang ditemukan 17 kali lebih rendah dari ambang intervensi. Secara ilmiah, udang Indonesia aman dikonsumsi.

Dampak Ekonomi dan Pihak yang Terpengaruh

Indonesia adalah salah satu eksportir udang terbesar dunia, dengan nilai ekspor mencapai USD 2,16 miliar pada 2023. Pasar utama kita adalah Amerika Serikat (sekitar 63% dari ekspor), Jepang, Tiongkok, dan Uni Eropa.

Dengan isu ini, pihak yang terdampak bukan hanya petambak. Eksportir dan pengolah menanggung langsung kerugian dari penolakan produk. Pekerja industri pengolahan udang berisiko kehilangan pekerjaan bila order turun. Konsumen global bisa kehilangan pasokan stabil dari Indonesia. Lebih parah lagi, reputasi Indonesia sebagai produsen udang terancam di pasar internasional.

Dengan skala sebesar itu, wajar bila satu isu saja bisa mengguncang seluruh ekosistem perudangan kita.

Dari sisi kesehatan, ini jelas bukan musibah. Angka Cs-137 terlalu kecil untuk berbahaya. Tetapi dari sisi diplomasi dagang, isu ini bisa menjadi musibah besar bila tidak ditangani cepat. Satu kasus bisa memicu turunnya kepercayaan buyer global, penurunan harga, hingga blokade pasar.

Preseden Internasional

Kita bisa belajar dari Jepang pasca bencana Fukushima 2011. Saat itu, pangan Jepang sempat mengandung Cs-137 dan Cs-134. Namun dengan pengujian ketat, data transparan, dan diplomasi yang sabar, kepercayaan pasar berhasil dipulihkan.

Bahkan, WHO menyatakan tidak ada korban langsung dari konsumsi pangan pasca insiden tersebut. Pelajaran ini penting: narasi yang jernih dan data terbuka mampu meredam stigma global.

Apa yang Harus Dilakukan Pemerintah? Pertama, lakukan transparansi penuh. Publikasikan hasil uji terbuka agar publik dan buyer percaya.

Kedua, lakukan verifikasi independen. Libatkan BRIN, Bapeten, universitas, dan ini memang sudah mulai dilakukan pemerintah. Bahkan, Indonesia siap melibatkan IAEA (Badan Tenaga Atom Internasional di bawah PBB) untuk verifikasi, sehingga hasilnya diakui secara global dan tidak bisa diperdebatkan.

Ketiga, perkuat traceability. Dari tambak sampai ekspor agar rantai pasok jelas dan bersih.

Keempat, lakukan diplomasi dagang aktif. Buka dialog dengan AS, Uni Eropa, Jepang, dan Tiongkok, tanpa terkesan panik.

Kelima, tetapkan zona aman industri. Pisahkan pangan dari industri logam berisiko tinggi.

Musibah terbesar kita bukanlah angka 68 Bq/kg, melainkan kelemahan narasi dan diplomasi. Fakta ilmiah saja tidak cukup; pemerintah harus tenang, terukur, dan berani mengartikulasikan bahwa udang Indonesia aman.

Dalam perdagangan global, sering kali bahaya bukan datang dari makanan itu sendiri. Ancaman bisa datang dari politik di sekelilingnya. Demi petambak, pekerja, dan kedaulatan pangan bangsa, Indonesia harus maju meyakinkan dunia bahwa udang kita tetap aman dan layak dipercaya. (*)

You might also like
Komentar Pembaca

Your email address will not be published.